Headline

BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia

Ratu Camilla Ungkap Pengalaman Pelecehan Seksual Saat Remaja

Thalatie K Yani
01/9/2025 07:12
Ratu Camilla Ungkap Pengalaman Pelecehan Seksual Saat Remaja
Dalam buku Power and the Palace, Ratu Camilla menceritakan pengalamannya menjadi korban percobaan pelecehan seksual di usia remaja.(Royal Family)

SEBUAH buku baru berjudul Power and the Palace karya Valentine Low mengungkap sisi personal Queen Camilla yang jarang diketahui publik. Dalam cuplikan yang dipublikasikan The Times pada 31 Agustus, Camilla menceritakan pengalaman kelamnya saat menjadi korban percobaan pelecehan seksual di usia remaja.

Menurut Guto Harri, mantan direktur komunikasi Boris Johnson, kisah itu disampaikan Camilla ketika bertemu Johnson pada 2008, tak lama setelah ia terpilih sebagai Wali Kota London. Dalam pertemuan di Clarence House, Camilla menyinggung rencana Johnson membuka pusat krisis pemerkosaan di ibu kota, lalu mengaitkannya dengan pengalaman pribadinya.

Saat itu, Camilla yang berusia sekitar 16 atau 17 tahun mengaku diganggu seorang pria di kereta menuju Paddington. “Pria itu semakin berani menyentuh saya. Lalu saya melakukan apa yang diajarkan ibu: melepas sepatu dan memukulnya dengan hak,” ujarnya, seperti dikutip buku tersebut. Sesampainya di stasiun, ia segera melapor ke petugas hingga pelaku ditangkap.

Kisah tersebut dianggap relevan. Pasalnya Camilla kemudian turut meresmikan dua dari tiga pusat krisis pemerkosaan yang dibuka Johnson di London.

Konsistensi Membela Korban Kekerasan

Dukungan terhadap korban kekerasan seksual dan rumah tangga memang menjadi fokus utama pekerjaan publik Camilla. Tahun lalu, ia menulis surat pribadi untuk mendukung Gisèle Pelicot, perempuan Prancis yang bertahun-tahun diperkosa dan dibius suaminya, Dominique. Surat itu, menurut istana, merupakan inisiatif pribadi sang ratu karena ia “sangat tersentuh” oleh kasus tersebut.

Camilla juga kerap mengadakan acara untuk mendukung penyintas. Pada 2023, ia menjamu para relawan, aparat, dan penyintas kekerasan seksual di Buckingham Palace, sekaligus meresmikan kembali program Wash Bags yang menyediakan perlengkapan dasar bagi korban pemerkosaan. Dalam pidatonya, Camilla menegaskan setiap penyintas memiliki “kisah yang berharga untuk diceritakan”.

Selain itu, ia aktif mendukung berbagai organisasi, termasuk SafeLives, sebuah lembaga amal yang berfokus pada penghentian kekerasan dalam rumah tangga. Pada 2024, Camilla bahkan tampil dalam dokumenter televisi Her Majesty The Queen: Behind Closed Doors, yang memperlihatkan perannya dalam mengampanyekan kesadaran soal kekerasan seksual.

Dalam pidato tahun 2021 di ajang Women of the World, ia dengan tegas mengecam “budaya diam” yang membuat pelaku merasa aman dan korban enggan bersuara. “Pemerkosa tidak lahir, melainkan dibentuk. Dan dibutuhkan seluruh komunitas untuk menghancurkan kebohongan dan perilaku yang membuat kekerasan seksual dianggap normal dan menyalahkan korban,” ucapnya kala itu. (People/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya