Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat sebanyak 383 pekerja bantuan tewas di titik-titik rawan global pada 2024, hampir setengahnya di Gaza selama perang antara Israel dan Hamas.
Laporan dirilis kantor kemanusiaan PBB pada Selasa (19/8), bertepatan dengan hari tahunan untuk menghormati ribuan orang yang turun tangan dalam krisis untuk membantu sesama.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Thomas Fletcher, mengatakan jumlah korban tewas yang mencapai rekor ini harus menjadi peringatan untuk melindungi warga sipil yang terjebak dalam konflik dan semua pihak yang berusaha membantu mereka.
“Serangan dalam skala ini, tanpa akuntabilitas, merupakan dakwaan memalukan atas ketidakpedulian dan apatisme internasional,” ujar Fletcher dalam sebuah pernyataan pada Hari Kemanusiaan Sedunia.
“Sebagai komunitas kemanusiaan, kami menuntut – sekali lagi – agar mereka yang berkuasa dan berpengaruh bertindak demi kemanusiaan, melindungi warga sipil dan pekerja bantuan, serta meminta pertanggungjawaban para pelaku,” imbuhnya.
Basis Data Keamanan Pekerja Bantuan, yang telah menyusun laporan sejak 1997, menyatakan jumlah pembunuhan terhadap pekerja bantuan meningkat dari 293 pada tahun 2023 menjadi 383 pada tahun 2024, termasuk lebih dari 180 di Gaza.
Sebagian besar pekerja bantuan yang tewas adalah staf nasional yang melayani komunitas mereka yang diserang saat bekerja atau di rumah mereka, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, atau OCHA.
Sejauh ini tahun ini, angka-angka tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda pembalikan tren kenaikan, kata OCHA.
Terdapat 599 serangan besar yang memengaruhi pekerja bantuan tahun lalu, meningkat tajam dari 420 pada tahun 2023, menurut data basis data tersebut.
Serangan pada tahun 2024 juga melukai 308 pekerja bantuan dan mengakibatkan 125 orang diculik dan 45 orang ditahan.
Terdapat 245 serangan besar dalam lebih dari tujuh bulan terakhir, dan 265 pekerja bantuan telah tewas, menurut basis data tersebut.
Salah satu serangan paling mematikan dan mengerikan tahun ini terjadi di Kota Rafah, Gaza selatan, ketika pasukan Israel melepaskan tembakan sebelum fajar pada 23 Maret, menewaskan 15 petugas medis dan petugas tanggap darurat yang menggunakan kendaraan bertanda jelas.
Pasukan Israel meratakan mereka bersama kendaraan mereka yang hancur, mengubur mereka di kuburan massal. PBB dan petugas penyelamat baru dapat mencapai lokasi seminggu kemudian.
“Bahkan satu serangan terhadap rekan kemanusiaan pun merupakan serangan terhadap kita semua dan terhadap orang-orang yang kita layani,” kata Fletcher.
“Kekerasan terhadap petugas bantuan bukanlah sesuatu yang tak terelakkan. Kekerasan harus diakhiri.”
Menurut database tersebut, kekerasan terhadap petugas bantuan meningkat di 21 negara pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan pasukan pemerintah dan afiliasinya menjadi pelaku paling umum.
Jumlah serangan besar tertinggi tahun lalu terjadi di wilayah Palestina dengan 194 serangan, diikuti oleh Sudan dengan 64 serangan, Sudan Selatan dengan 47 serangan, Nigeria dengan 31 serangan, dan Kongo dengan 27 serangan, menurut laporan database tersebut.
Dalam hal pembunuhan, Sudan, yang masih dilanda perang saudara, berada di posisi kedua setelah Gaza dan Tepi Barat dengan 60 pekerja bantuan yang tewas pada tahun 2024. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan 25 pekerja bantuan yang tewas pada tahun 2023.
Libanon, tempat Israel dan kelompok militan Hizbullah berperang tahun lalu, mengalami 20 pekerja bantuan yang tewas dibandingkan dengan tidak ada yang tewas pada tahun 2023. Etiopia dan Suriah masing-masing mengalami 14 pembunuhan, sekitar dua kali lipat jumlah pada tahun 2023, dan Ukraina mengalami 13 pekerja bantuan yang tewas pada tahun 2024, naik dari 6 pada tahun 2023, menurut database tersebut. (ABC News/MEE/B-3)
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam demonstrasi besar-besaran yang menentang kebijakan pemerintah dalam perang Gaza.
MENTERI Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty pada Senin (18/8) menegaskan penolakannya terhadap pernyataan resmi Israel terkait konsep Israel Raya
Menlu Mesir Badr Abdelatty menolak ide pemindahan warga Gaza. Ia menegaskan pengusiran massal Palestina adalah garis merah.
Dalam sehari, tujuh orang, termasuk dua anak, kembali tercatat meninggal dunia di rumah sakit Gaza, meningkatkan total korban meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi
Israel memberikan izin khusus kepada Indonesia untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui jalur udara (airdrop) ke Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved