Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Unik! Orca Gunakan Rumput Laut sebagai Alat Pijat Sosial di Laut Salish

Thalatie K Yani
25/6/2025 07:30
Unik! Orca Gunakan Rumput Laut sebagai Alat Pijat Sosial di Laut Salish
Rekaman drone memperlihatkan orca Southern Resident menggunakan rumput laut bull kelp sebagai alat pijat dalam interaksi sosial.( Center for Whale Research, NMFS NOAA Permit 27038)

SEBUAH perilaku unik ikan paus pembunuh (orca) terekam video. Tampak orca itu menggunakan rumput laut sebagai "alat pijat" dalam interaksi sosial yang menyerupai ritual perawatan tubuh.

Rekaman drone beresolusi tinggi yang diambil tim peneliti dari Center for Whale Research di Friday Harbor, Washington, memperlihatkan sekelompok orca dari populasi Southern Resident di Laut Salish — wilayah perairan yang berbatasan dengan Washington dan British Columbia — memetik batang rumput laut jenis bull kelp (Nereocystis luetkeana), lalu menggulirkannya di antara tubuh mereka.

“Mereka menggunakan gigi dan gerakan tubuh untuk mematahkan sekitar 60 cm batang kelp, meletakkannya di moncong mereka, lalu menekankannya ke tubuh orca lain. Setelah itu, mereka saling menggulirkan kelp tersebut di antara tubuh mereka selama beberapa detik hingga 15 menit,” jelas Michael Weiss, ketua tim peneliti.

Perilaku Sosial dan Alat yang Dibuat Sendiri

Weiss menyebut ini sebagai tiga hal pertama dalam dunia mamalia laut: penggunaan alat yang dibuat sendiri, digunakan untuk dua individu sekaligus, dan dimanipulasi dengan tubuh — bukan dengan tangan atau sirip.

Deborah Giles, ahli orca dari SeaDoc Society yang tidak terlibat langsung dalam penelitian, mengatakan, “Ini perilaku yang sangat menarik. Mereka secara sengaja menciptakan alat yang ingin mereka gunakan.”

Tim juga menemukan perilaku ini lebih sering dilakukan antara individu yang berkerabat dekat atau seumuran — memperkuat dugaan bahwa kelp ini digunakan sebagai bentuk perawatan sosial atau grooming.

“Ini bisa jadi membantu kebersihan tubuh, karena kami menemukan orca yang punya lebih banyak kulit mati lebih sering melakukan gosokan ini,” tambah Weiss.

Els Vermeulen, ahli cetacea dari University of Pretoria, menambahkan meski perilaku ini baru pertama kali dilaporkan, hal itu tidak mengejutkan mengingat orca adalah makhluk sosial yang kompleks.

Alat, Kenyamanan, dan Budaya Unik

Seperti halnya manusia yang mandi atau memijat untuk meredakan stres, kelp mungkin memberikan sensasi menyenangkan bagi orca. “Ada manfaat kesehatan, tetapi mungkin juga karena rasanya nyaman,” kata Weiss.

Penggunaan alat oleh hewan bukan hal baru — simpanse, gajah, dan burung telah lama diketahui melakukannya. Namun di lautan, contoh semacam ini masih langka. Lumba-lumba diketahui menggunakan spons untuk mencari makan, dan anjing laut memanfaatkan batu, tapi tidak sampai membuat alat baru seperti yang dilakukan orca ini.

Uniknya, perilaku ini sejauh ini hanya terlihat di antara orca Southern Resident. Bisa jadi karena pengamatan biasanya dilakukan dari kapal, sehingga detail kecil seperti kelp sulit terdeteksi. Penggunaan drone kini membuka jendela baru untuk memahami perilaku kompleks hewan-hewan ini.

Giles bahkan menduga perilaku ini sudah lama ada. “Saya sering melihat mereka berguling-guling dari atas kapal. Mungkin mereka memang sudah melakukan ini sejak lama — hanya saja kita tak pernah melihatnya dengan jelas sebelumnya.”

Warisan Budaya yang Terancam Punah

Selain perilaku kelp yang unik, orca Southern Resident juga dikenal karena kegemaran mereka "memakai salmon di kepala" — perilaku aneh yang belum terjelaskan. “Mungkin mereka sekadar bermain dengan makanan, atau rasanya menyenangkan meletakkan salmon di kepala,” kata Giles.

Sayangnya, waktu untuk mempelajari masyarakat orca ini semakin terbatas. Populasi mereka kini hanya tersisa 73 individu, dan telah diklasifikasikan sebagai spesies terancam punah di bawah Undang-Undang Spesies Terancam AS.

“Kalau kita kehilangan mereka, bukan hanya 73 ekor paus yang hilang,” ujar Weiss. “Tapi juga tradisi budaya dan masyarakat unik yang mungkin tak akan pernah kita saksikan lagi.” (Live Science/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya