Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PARA ilmuwan di Eropa berhasil mengidentifikasi spesies kera besar yang dijuluki Buronius manfredschmidi. Fosil ini diperkirakan berasal dari 11,6 juta tahun lalu pada akhir Zaman Miosen.
Penemuan ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang keragaman kera purba di Eropa, juga memberikan wawasan baru mengenai interaksi ekologis mereka.
Spesies baru ini disebut Buronius manfredschmidi, memiliki ukuran yang relatif kecil, dengan berat tubuh hanya sekitar 10 kilogram. Ukuran tubuh ini menjadikannya sebagai kera besar terkecil yang pernah ditemukan.
Fosil Buronius meliputi dua gigi dan sebuah patela (tempurung lutut), yang memiliki ciri khas tersendiri. Karakteristik ini membedakannya dari kera lain yang hidup di masa yang sama, seperti Danuvius, spesies kera yang ditemukan di situs fosil yang sama dan berukuran lebih besar.
Struktur gigi dan tempurung lututnya menunjukkan Buronius adalah pemanjat handal yang terutama mengonsumsi makanan lunak, seperti dedaunan.
Salah satu temuan menarik dari situs fosil Hammerschmiede di Bavaria, Jerman, adalah adanya dua spesies kera berbeda di lapisan stratigrafi yang sama.
Hal ini menunjukkan Buronius dan Danuvius dapat hidup berdampingan dengan menempati relung ekologi yang berbeda—a fenomena yang dikenal sebagai sintopi. Fenomena ini serupa dengan interaksi antara siamang dan orangutan yang berbagi habitat di Asia Tenggara tanpa harus bersaing langsung untuk makanan.
Buronius, yang mengandalkan daun, dan Danuvius, dengan pola makan yang lebih variatif, mencerminkan pembagian sumber daya yang harmonis di lingkungan mereka.
Penemuan Buronius menandai contoh pertama dari sintopi hominid yang diketahui dalam catatan fosil Eropa. Temuan ini menantang asumsi lama bahwa tidak ada situs dari Zaman Miosen di Eropa yang menjadi rumah bagi lebih dari satu spesies kera.
Para ilmuwan berharap bahwa studi lanjutan di situs-situs lain akan mengungkap lebih banyak contoh kehidupan berdampingan seperti ini, yang dapat memperluas pemahaman kita tentang komunitas kera purba di masa lalu.
Penelitian ini dipimpin Madelaine Böhme dari Universitas Eberhard Karls di Tübingen, Jerman, dan David R. Begun dari Universitas Toronto, Kanada, yang menyatakan "kera besar baru dari Hammerschmiede, Buronius manfredschmidi, bukan hanya kera mahkota terkecil yang diketahui, tetapi juga menjadi bukti pertama sintopi hominid di Eropa."
Fosil ini membawa banyak implikasi bagi pemahaman kita tentang ekologi dan evolusi kera besar. Ukuran kecil dan pola makan uniknya menunjukkan bahwa Buronius mungkin menempati relung ekologi tertentu, mirip dengan beberapa primata kecil modern. Adaptasi ini mencerminkan keragaman dan spesialisasi yang luas di antara primata pada masa itu.
Keberadaan Buronius di Eropa juga memperkaya bukti kera besar dulunya tersebar luas di seluruh benua, berbeda dengan persebarannya saat ini yang terbatas di Afrika dan Asia Tenggara. Pergeseran distribusi ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim dan lingkungan selama jutaan tahun.
Penelitian lanjutan tentang Buronius mungkin mencakup eksplorasi lebih lanjut di situs fosil lain untuk mencari spesimen tambahan yang dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang biologi dan ekologinya. Studi genetika, jika memungkinkan, juga diharapkan dapat mengungkap hubungan evolusi antara Buronius dan kera besar lainnya.
Penemuan Buronius manfredschmidi bukan hanya sekadar menambah wawasan tentang evolusi kera, tetapi juga membuka pemahaman baru tentang dinamika ekosistem purba. Setiap fosil yang ditemukan membawa kita lebih dekat untuk memahami kehidupan yang pernah berkembang di planet ini. (sciencedaily/earth/Z-3)
Penelitian terbaru dari Universitas Johns Hopkins menemukan kera bonobo dapat memahami ketidaktahuan manusia dan berkomunikasi untuk memberikan informasi yang tidak diketahui.
Kesepakatan ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global serta membuka akses lebih luas ke pasar Eropa.
Tungkot menjelaskan salah satu aspek penting dalam EUDR adalah penetapan batas waktu (cut-off date) deforestasi yaitu tahun 2020.
Presiden Emmanuel Macron menyerukan agar negara-negara Eropa mengurangi ketergantungan ganda terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok.
Gelombang panas ekstrem melanda Eropa. Spanyol dan Inggris mencatat rekor suhu tertinggi.
Gelombang panas ekstrem melanda sebagian besar wilayah Eropa. Shun mencapai pertengahan 40 derajat celsius.
PARA menteri luar negeri Eropa dijadwalkan menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di Jenewa, Swiss, Jumat (20/6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved