Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEBAGAI seorang pemuda, Ismail Haniyeh tumbuh dan berkembang di lingkaran organisasi. Ia adalah seorang aktivis mahasiswa di Universitas Islam di Kota Gaza. Ia bergabung dengan Hamas ketika organisasi itu didirikan pada Intifada Palestina Pertama (perlawanan rakyat Palestina) pada tahun 1987. Ia ditangkap dan sempat dideportasi.
Haniyeh kemudian menjadi anaka didik dari pendiri Hamas, Sheikh Ahmad Yassin. Pada 1994, ia mengatakan bahwa Yassin adalah teladan bagi pemuda Palestina.
“Kami belajar darinya cinta kepada Islam dan pengorbanan untuk Islam ini."
Baca juga : Hamas Bahas Gencatan Senjata Gaza dengan Qatar, Mesir, Turki
Pada 2003, ia menjadi ajudan terpercaya Yassin. Dalam sebuah foto di rumah Yassin di Gaza, ia terlihat sedang memegang telepon di dekat telinga pendiri Hamas yang hampir sepenuhnya lumpuh itu. Yassin dibunuh oleh Israel pada 2004.
Haniyeh adalah pendukung awal agar Hamas memasuki dunia politik. Pada1994, ia mengatakan bahwa membentuk partai politik akan memungkinkan Hamas untuk menangani persoalan yang muncul.
Awalnya ditolak oleh kepemimpinan Hamas. Namun, beberapa waktu kemudian disetujui dan Haniyeh menjadi perdana menteri Palestina setelah kelompok tersebut memenangkan pemilihan parlemen Palestina pada 2006, setahun setelah militer Israel mundur dari Gaza. Kelompok ini mengambil alih Gaza pada tahun 2007.
Baca juga : Petinggi Hamas ke Mesir untuk Bahas Gencatan Senjata dengan Israel
Pada 2012, ketika ditanya oleh wartawan apakah Hamas telah meninggalkan perjuangan bersenjata, Haniyeh menjawab “tentu saja tidak” dan mengatakan bahwa perlawanan akan terus berlanjut “dalam segala bentuk perlawanan, politik, diplomatik dan militer”.
Ismail Haniyeh, tewas di Teheran dalam sebuah serangan pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat. Haniyeh berada di Teheran, ibu kota Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7) waktu setempat.
Militer Israel menolak untuk berkomentar atas tewasnya Haniyeh.
Kematian Haniyeh terjadi hanya beberapa jam setelah Israel mengklaim telah membunuh komandan militer tertinggi Hezbollah, Fuad Shukur, dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut yang dilancarkan sebagai pembalasan atas serangan roket yang menewaskan 12 anak pada akhir pekan.
Dua pembunuhan ini sekarang meningkatkan ketegangan tidak hanya bagi Hamas dan Hezbollah, tetapi juga Iran, yang mendukung kedua kelompok tersebut. (Theguardian/P-5)
Pemain Nice Youcel Atal diduga mengunggah video dari seorang ulama Palestina di Instagram yang mengajak melakukan penyerangan terhadap orang Yahudi.
Todibo tertangkap kamera sedang tertawa saat mengheningkan cipta sebelum laga antara Prancis dan Belanda di Amsterdam, Jumat (13/10) untuk mengenang korban konflik Hamas dan Israel.
Gelandang Belanda itu mengungah komentar, yang kini telah dihapus, di media sosial pada Minggu (15/10) malam.
Atal sebelumnya telah diskors oleh klubnya, Nice, untuk waktu yang tidak ditentukan meski dia dengan segera menghapus unggahannya itu dan meminta maaf.
El Ghazi diskors pada 17 Oktober lalu karena dipandang mengambil posisi terkait konflik di Timur Tengah yang dipandang tidak bisa diterima oleh klub.
Berada di peringkat tiga Grup I, Israel dijadwalkan berhadapan dengan Swiss pada 15 November dan kemudian Romania, tiga hari kemudian, di Israel.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Orang Yahudi pada periode Romawi itu dianggap tidak tinggal di pertanian di luar desa atau kota.
Pemain Israel-Arab itu didatangkan Al-Nasr dari klub Tiongkok Guangzhou R & F seharga 2,5 juta euro.
Kerja sama tersebut menjadi kesepakatan pertama yang dilakukan antara negara Arab dan negara Yahudi.
Bagi Skotlandia, dua kekalahan beruntun membuat mereka tersingkir dari puncak klasemen Grup B2 disalip Rep Ceko yang menang 2-0 atas Slovakia.
Seorang anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Nahyan, menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$92 juta pada Senin dengan pemilik klub, Moshe Hogeg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved