Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ISRAEL bertekad menghancurkan Hamas. Namun negara itu tidak banyak bicara mengenai pihak yang akan menggantikan kekuasaan Hamas di Jalur Gaza, Palestina, setelah perang.
Para pengamat memperkirakan Washington akan memainkan peran yang menentukan. "Satu hal yang jelas, Jalur Gaza tidak akan diperintah oleh Hamas setelah perang ini selesai," kata juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy kepada AFP ketika militer Israel meningkatkan serangan sebagai persiapan serangan darat yang diperkirakan akan dilakukan secara luas.
Setelah serangan 7 Oktober, ketika militan dari gerakan Islam Palestina memulai serangan mematikan lintas batas yang telah menewaskan 1.400 orang, Israel hanya menetapkan satu tujuan, "Menghancurkan Hamas."
Baca juga: Hamas: Lebih dari 5.000 Orang Tewas dalam Serangan Israel
Sejak itu, mereka melancarkan kampanye pengeboman balasan yang brutal, yang menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, kini telah menewaskan lebih dari 5.000 orang. Meskipun ada empat perang sebelumnya dengan penguasa Hamas di Gaza--pada 2008, 2012, 2014, dan 2021--Israel belum pernah mengancam akan sepenuhnya menggulingkan gerakan yang menguasai wilayah kecil berpenduduk 2,4 juta orang ini.
Wilayah tersebut, yang telah terpuruk di bawah blokade Israel dan Mesir sejak Hamas mengambil alih kekuasaan pada 2007, sejak 7 Oktober mengalami krisis kemanusiaan yang semakin parah. Sebagian besar kekurangan air, makanan, dan pasokan dasar lain, serta lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi.
Baca juga: PM Palestina: Barat Beri Izin Israel untuk Membunuh di Gaza
Meskipun Israel menarik tentara dan pemukimnya dari Gaza pada 2005, mengakhiri pendudukan yang dimulai pada 1967, komunitas internasional menganggap mereka bertanggung jawab atas kebutuhan utama wilayah kecil tersebut, seperti energi, makanan, dan obat-obatan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai perang atau mati. Pemerintahannya berharap untuk mengakhiri semua tanggung jawab atas Gaza sebagai bagian dari realitas regional baru yang diharapkan akan muncul setelah perang.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi kepada 10 Anggota Hamas dan Fasilitator Keuangan
Setelah serangan udara dan aksi baru-baru ini di Gaza, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan fase ketiga akan mencakup penghapusan tanggung jawab Israel atas kehidupan di Jalur Gaza dan pembentukan realitas keamanan baru bagi warga Israel.
Namun tidak ada menteri yang berbicara tentang pemerintahan masa depan Gaza. Tidak ada seorang pun yang mempertanyakan kemungkinan pendudukan baru Israel di daerah kantong tersebut, karena beban militer dan keuangan dari kemungkinan tersebut terlalu berat untuk ditanggung.
"Kami sedang mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan mitra kami," kata juru bicara pemerintah Levy.
Israel ingin, "Menyerahkan kunci," kepada pihak ketiga, kata sumber kementerian luar negeri yang berbicara tanpa menyebut nama.
Menurut Eitan Shamir, mantan spesialis keamanan pemerintah Israel dan sekarang direktur Pusat Studi Strategis Begin-Sadat di Jerusalem, Washington akan memiliki keputusan yang menentukan mengenai masa depan Gaza. AS, katanya, sudah memiliki reviu umum dalam tindakan Israel melawan Hamas.
"Pilihan favorit Amerika dan Israel ialah struktur internasional dengan Otoritas Palestina dengan pendanaan dari Saudi, misalnya," kata Shamir kepada AFP. Hal itu dapat mencakup bantuan administratif AS dan Eropa.
Presiden AS Joe Biden memberikan dukungan kuat kepada Netanyahu dengan mengunjungi Israel pekan lalu dan memperingatkan para pemain regional lain untuk tidak terlibat sambil menyiapkan bantuan militer senilai hampir $15 miliar. Bahkan dia memperingatkan Israel agar tidak membiarkan kemarahan mereka meluas.
Namun Washington juga belum menjelaskan dengan rinci tentang masa depan Gaza. "Perlu ditemukan sesuatu yang memastikan Hamas tidak dapat melakukan hal ini lagi tetapi juga tidak mengubah pemerintahan Israel di Gaza yang tidak mereka inginkan," Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada televisi CBS pada Minggu.
"Ada berbagai gagasan berbeda di luar sana tentang yang mungkin terjadi dan semua itu perlu dilakukan, bahkan ketika Israel sedang menghadapi ancaman saat ini.”
Sumber Kementerian Luar Negeri Israel mengangkat Mesir sebagai penyelamat, meskipun Kairo telah menolak tekanan selama puluhan tahun untuk mengambil peran yang lebih besar. Mesir dan Yordania sangat prihatin dengan perang yang menyebabkan gelombang baru pengungsi Palestina.
Sejauh ini belum ada negara Arab atau Muslim yang mengusulkan intervensi. Salah satu opsi yang didukung oleh pemimpin oposisi Israel Yair Lapid ialah Otoritas Palestina (PA) pimpinan Mahmud Abbas mengambil kendali.
Pihak berwenang sudah bekerja sama dengan Israel dalam mengelola wilayah Tepi Barat yang diduduki. Namun pemimpin Palestina yang sudah lanjut usia itu menghadapi kritik yang semakin besar sejak perang dimulai.
Laporan dari International Crisis Group mengatakan, "Ada sedikit harapan bahwa PA yang sudah sangat tidak populer bisa kembali ke Gaza setelah invasi Israel dan tidak diperlakukan sebagai musuh. Lagi pula, tidak jelas soal Israel menginginkan Tepi Barat dan Gaza berada di bawah satu otoritas tunggal atau tidak," kata lembaga think tank tersebut. (Z-2)
Sejumlah pesepak bola dan atlet lainnya juga mengunggah pesan solidaritas bagi warga Palestina yang tinggal di wilayah Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur.
"Doa saya untuk mereka yang tidak dapat merayakan dengan damai hari ini," kata pemain Fenerbahce itu.
Pogba dan Diallo, keduanya beragama Islam, mengibarkan bendera itu sebagai dukungan untuk Palestina, saat Old Trafford diisi sekitar 10 ribu pendukung.
Penggemar sepak bola Israel pada Rabu (10/8) menemukan negara mereka tidak ada dalam daftar FIFA terkait negara-negara anggota menjelang kompetisi Piala Dunia.
Pihak Palestina tak keberatan dengan kehadiran Timnas sepak bola Israel di Indonesia pada ajang Piala Dunia U-20.
Produsen pakaian olahraga asal Jerman, Puma, akan mengakhiri kesepakatan sponsorship dengan tim sepak bola nasional Israel dalam keputusan yang diambil sebelum dimulainya perang di Gaza.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Orang Yahudi pada periode Romawi itu dianggap tidak tinggal di pertanian di luar desa atau kota.
Pemain Israel-Arab itu didatangkan Al-Nasr dari klub Tiongkok Guangzhou R & F seharga 2,5 juta euro.
Kerja sama tersebut menjadi kesepakatan pertama yang dilakukan antara negara Arab dan negara Yahudi.
Bagi Skotlandia, dua kekalahan beruntun membuat mereka tersingkir dari puncak klasemen Grup B2 disalip Rep Ceko yang menang 2-0 atas Slovakia.
Seorang anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Nahyan, menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$92 juta pada Senin dengan pemilik klub, Moshe Hogeg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved