KECURIGAAN dunia terhadap aksi spionase yang dilakukan Tiongkok akhirnya terbukti kebenarannya setelah Amerika Serikat menembak jatuh balon mata-mata Beijing di lepas Pantai Surfside, Carolina Selatan, beberapa waktu lalu.
Balon 'siluman' milik Tiongkok yang tampak seperti bulan di siang hari ini ternyata adalah balon putih besar yang terdeteksi melintas di wilayah Amerika Serikat, tepatnya di atas Samudra Atlantik.
Diperkirakan, balon mata-mata Beijing tersebut telah menghabiskan waktu berhari-hari melakukan perjalanan melintasi berbagai negara, dengan tujuan negeri Paman Sam.
Penampakan balon Tiongkok juga dilaporkan oleh negara-negara di Amerika Latin, salah satunya Kolombia, yang langsung memulai penyelidikan terhadap objek dengan karakteristik mirip dengan balon, yang terdeteksi di atas 55.000 kaki di sektor utara negara tersebut.
Demikian pula, penerbangan sipil Kosta Rika mengonfirmasi melihat balon besar terbang di atas ibu kota, San Jose.
Menanggapi hal ini, pusat kajian kebijakan dalam dan luar negeri Indonesia atau Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (Centris) mengimbau agar negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk merespons serius permasalahan balon mata-mata Tiongkok, yang dianggap telah mengancam kedaulatan negara.
Peneliti senior Centris, AB Solissa, mengatakan, temuan balon mata-mata Beijing, membuktikan kebenaran rumor terkait kegiatan spionase ilegal yang dilakukan Tiongkok ke beberapa negara dunia, khususnya yang dianggap kompetitor oleh Tiongkok.
"Dari informasi yang kami terima, sisa puing-puing balon China yang ditembak jaruh oleh pesawat tempur Amerika Serikat, telah ditemukan sensor dan peralatan elektronik yang diduga kuat untuk menguping sinyal elektronik," kata Solissa kepada wartawan, Jumat (10/3).
Beberapa analis yang menganalisis sisa-sisa reruntuhan balon Beijing, lanjut dia, menyebut balon Tiongkok untuk mendeteksi dan mengumpulkan sinyal intelijen sebagai bagian dari program pengawasan udara besar terkait militer.
Beberapa balon semacam itu sebenarnya telah merambah wilayah udara AS dalam beberapa tahun terakhir.
Setidaknya empat balon Beijing telah terlihat di Hawaii, Florida, Texas, dan Guam dimasa pemerintahan Presiden Donald Trump, dan saat ini balon-balin tersebut baru dapat diidentifikasi sebagai kapal udara pengintai Tiongkok.
Baca juga: Xi Jinping Dilantik Jadi Presiden Tiongkok untuk Ketiga Kalinya
Balon dapat dioperasikan pada ketinggian yang sangat tinggi, setinggi 68 ribu meter, sehingga lebih sulit dijangkau pesawat dan terdeteksi radar modern.
Pilihan untuk menggunakan balon helium-infused military-grade menawarkan kemampuan manuver yang lebih mudah, memungkinkan operator mengekstraksi data yang akurat, dapat berfungsi dengan baik dalam menghadapi cuaca yang paling keras, dan hemat biaya.
"Kemungkinan China mengoperasikan armada balon mata-mata selama bertahun-tahun, dimana balon-balon telah mengekstraksi data dan informasi tentang aset militer di negara dan wilayah yang dianggap strategis, seperti India, Jepang, Taiwan, Vietnam, dan Filipina,” tutur Solissa.
Diketahui balon mata-mata Beijing terlihat melayang tinggi di atas fasilitas angkatan laut yang penting di India. Salah satu balon tertangkap kamera terbang di atas Port Blair di Kepulauan Andaman dan Nikobar Samudra Hindia, yang menjadi rumah bagi fasilitas Angkatan Laut India.
Hal serupa juga terjadi di Jepang, di mana pemerintahan Negeri Matahari Terbit ini membenarkan bahwa balon pengintai Tiongkok telah memasuki wilayah udaranya setidaknya tiga kali dalam beberapa tahun terakhir.
Tiongkok telah mengembangkan teknologi pengawasan balon baru selama bertahun-tahun, dan pesawat pengintai ini, diduga kuat sebagai bagian dari upaya angkatan udara gabungan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), untuk melakukan operasi pengintaian.
"Beberapa analis intelijen menyimpulkan bahwa balon-balon tersebut diduga milik kekuatan ke-5 PLA yang misterius, atau 'Tentara Stratosfer'," jelas Solissa.
Bahayanya, lanjut dia, menurut informasi yang beredar luas di media sosial, PLA menggunakan balon-balon tersebut untuk kegiatan intelijen dan pengintaian yang mampu melakukan serangan Electromagnetic Pulse (EMP).
Bukan hanya itu, balon yang sengaja diterbangkan dalam ketinggian tinggi yang melayang di atas pangkalan militer di beberapa negara, diduga menjadi 'platform pengiriman' kunci untuk serangan nuklir rahasia.
"Tembak jatuh balon-balon Beijing adalah pilihan tepat untuk mengantisipasi kegiatan spionase ilegal China sebelum membawa permasalahan ini ke PBB, demi melindungi kedaulatan sebuah negara," pungkasnya. (RO/I-2)