Apartemen yang telah lama mereka beli dengan uang tabungan, hias dan buat nyaman kini menjadi timbunan puing setelah gempa dahsyat menghantam Turki.
Bangunan-bangunan itu ada yang baru dan lama, beberapa di antaranya baru dibangun enam bulan yang lalu dan kini hancur berantakan. Yang lainnya rata seperti panekuk beton.
Belum diketahui secara pasti tingkat kerusakan akibat gempa berkekuatan 7,8 skala Richter dan gempa susulan yang tak henti-hentinya terjadi, sehingga menyebabkan bencana di Turki dan Suriah dan menewaskan lebih dari 23.000 orang.
Jumlah korban tewas di Turki terus bertambah setiap harinya. Bersamaan dengan itu, muncul pula kemarahan atas mengapa di negara yang memiliki banyak garis patahan dan sejarah guncangan besar, kualitas bangunannya sangat buruk sehingga bangunan-bangunannya hancur berantakan seperti kertas.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Kembali Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Turki
Para ahli mengatakan bahwa Turki memiliki peraturan untuk mencegah bencana seperti itu.
Namun, peraturan tersebut hanya diterapkan secara longgar oleh perusahaan-perusahaan konstruksi, yang mana perusahaan-perusahaan terbesar di antaranya sering kali dekat dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Para pejabat mengatakan bahwa 12.141 bangunan hancur atau rusak parah di Turki.
"Karena gempa pertama sangat besar, kerusakan sudah diperkirakan, tapi bukan jenis kerusakan seperti yang Anda lihat sekarang," kata Mustafa Erdik, seorang profesor di Universitas Bogazici yang berbasis di Istanbul.
Bahkan jika sebuah bangunan runtuh, orang-orang biasanya dapat bersembunyi sampai tim penyelamat dapat menyelamatkan mereka.
Namun kali ini, tambahnya, bangunan-bangunan mengalami keruntuhan yang sangat besar.
"Lantai-lantainya menumpuk satu sama lain," kata Erdik, yang juga merupakan bagian dari Yayasan Gempa Bumi Turki. Bahkan peluang untuk ditemukan para korban dalam keadaan hidup sangat kecil. (AFP/Fer/OL-09)