Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Akademisi Iran-Prancis Dibebaskan dari Penjara Iran

Ferdian Ananda Majni
11/2/2023 13:37

PEMERINTAH Prancis menyampaikan bahwa akademisi keturunan Iran-Prancis, Fariba Adelkhah, telah dibebaskan dari penjara Evin yang terkenal kejam di Iran tetapi kondisi pembebasannya masih belum jelas.

Adelkhah telah dipenjara sejak pihak berwenang Iran menangkapnya pada tahun 2019 dalam kunjungan ke negara itu.

Dia adalah salah satu dari tujuh warga negara Prancis yang ditahan di Iran. Upaya ini menjadi faktor yang memperburuk hubungan antara Paris dan Teheran dalam beberapa bulan terakhir.

Sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa Prancis menyambut baik pembebasan tersebut, dan melaporkan Fariba Adelkhah telah ditahan secara tidak adil di penjara Evin di Teheran.

"Sangat penting bahwa semua kebebasan Fariba Adelkhah dipulihkan, termasuk kembali ke Prancis jika dia menginginkannya," kata kementerian itu dalam pernyataannya.

Baca juga: Iran Kenakan Sanski Tiga Entitas dan 22 Pejabat Uni Eropa

"Prancis menegaskan kembali tuntutannya agar semua warga negara Prancis yang ditahan secara sewenang-wenang di Iran dibebaskan dengan segera dan tanpa syarat," tambah pernyataan itu.

Sebuah sumber yang dekat dengan Adelkhah, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa ia telah dibebaskan dari Evin, Namun belum jelas apakah ia dapat kembali ke Prancis.

Pihak berwenang Iran menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada Adelkhah pada tahun 2020 atas tuduhan keamanan nasional.

Mereka kemudian memindahkannya ke tahanan rumah, tetapi pada bulan Januari dia dikembalikan ke penjara.

Seorang peneliti yang berafiliasi dengan universitas bergengsi di Paris, Sciences Po, Adelkhah bersikukuh bahwa dia tidak bersalah, sementara Prancis menyebut pemenjaraannya bermotif politik dan berulang kali menyerukan pembebasannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, anggota Garda Revolusi Iran yang merupakan pasukan elit telah menangkap puluhan warga negara ganda dan orang asing, sebagian besar atas tuduhan terkait spionase dan keamanan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh Teheran berusaha mendapatkan konsesi dari negara-negara lain melalui penangkapan semacam itu.

Iran, yang tidak mengakui kewarganegaraan ganda, menyangkal bahwa mereka menahan tahanan untuk mendapatkan pengaruh diplomatik.

Pembebasan Adelkhah dilakukan sehari setelah Iran membebaskan tujuh perempuan dari penjara Evin.

Mereka termasuk juru kampanye Saba Kordafshari, yang ditahan sejak 2019 setelah ia berkampanye menentang kewajiban hijab bagi perempuan, dan fotografer terkemuka Alieh Motalebzadeh, yang terakhir kali dipenjara pada April tahun lalu. (Alajzeera/Fer/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya