Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

40 Tewas Selama Kerusuhan di Peru

Cahya Mulyana
12/1/2023 10:52
40 Tewas Selama Kerusuhan di Peru
Anggota keluarga para korban tewas kerusuhan demonstrasi di Peru.(Juan Carlos CISNEROS / AFP)

Peru diguncang oleh kerusuhan karena demonstran memblokir sejumlah jalan dan bentrok dengan aparat keamanan. Mereka juga mengadakan pemakaman massal terhadap rekan yang tewas dalam protes menuntut mundur Presiden Dina Boluarte.

Hingga Rabu (12/1), total 40 orang tewas sejak protes ini mulai bulan lalu. Dina Boluarte mengambil alih kekuasaan setelah penggulingan dan penangkapan pendahulunya Pedro Castillo pada 7 Desember.

Pada Selasa (10/1), kantor kejaksaan Peru mengatakan sedang membuka penyelidikan genosida Boluarte dan pejabat tinggi lainnya sebagai akibat dari kematian tersebut. Pusat protes berada di wilayah Aymara Puno, di perbatasan dengan Bolivia dengan ribuan penduduk mengantar 17 peti mati.

Setiap peti mati memuat foto dan bendera Peru. "Dina membunuhku dengan peluru," bunyi peti mati putih yang diisi jenazah seorang demonstran Edgar Huaranca.

Pemerintah Peru telah memberlakukan jam malam tiga hari di wilayah tersebut untuk meredakan ketegangan. Sementara itu, blokade jalan meluas ke delapan dari 25 wilayah negara itu.

Di kota wisata Cusco, ibu kota kuno Kerajaan Inca, bentrokan antara ratusan pengunjuk rasa dan polisi menyebabkan 22 orang terluka, di antaranya enam petugas. Penduduk Peru berusaha menguasai bandara untuk menuntut pemecatan presiden.

Di Arequipa, kota kedua Peru, ratusan juga berbaris menentang pemerintah, sementara di Tacna, di perbatasan dengan Chili, pemogokan tanpa batas dimulai yang ditandai dengan vandalisme.

Jumlah korban tewas telah menimbulkan kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan delegasi dari Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika tiba di negara itu untuk menyelidiki protes dan tuduhan penindasan.

Amerika Serikat mendesak penghentian penggunaan militer dan mendukung penyelidikan atas lusinan kematian. "Kami mengakui hak untuk protes damai dan mengungkapkan keluhan melalui saluran demokrasi, dan menyerukan ketenangan, dialog dan semua pihak untuk menahan diri dan tanpa kekerasan," kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. (AFP/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya