Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bertemu Pemimpin Junta Myanmar, Putin: Hubungan Kami Positif

Ferdian Ananda Majni
07/9/2022 18:04
Bertemu Pemimpin Junta Myanmar, Putin: Hubungan Kami Positif
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Pemimpin Junta Myanmar Min Aung Hlaing.(AFP)

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin memuji hubungan positif negaranya dengan Myanmar. Tepatnya, saat dirinya bertemu dengan Pemimpin Junta Myanmar Min Aung Hlaing di Vladivostok, wilayah timur Rusia.

"Myanmar adalah mitra lama dan dapat diandalkan di Asia Tenggara. Hubungan kami berkembang secara positif," kata Putin di sela-sela Forum Ekonomi Timur.

Kunjungan Min Aung Hlaing dilakukan saat kedua pemerintah menghadapi isolasi diplomatik Moskow, untuk intervensi militer Februari di Ukraina pro-Barat, serta Naypyidaw untuk kudeta militer pada tahun lalu.

Baca juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar Kembali Kunjungi Moskow

Ketika hubungan Moskow dengan Barat terurai di Ukraina, Kremlin berusaha memutar negaranya ke Timur Tengah, Asia dan Afrika. "Saya sangat bangga dengan Anda. Ketika Anda berkuasa di negara ini, Rusia bisa dikatakan menjadi No 1 di dunia," ujar Min Aung Hlaing kepada Putin.

"Kami akan menyebut Anda bukan hanya pemimpin Rusia, namun juga pemimpin dunia, karena Anda mengendalikan dan mengatur stabilitas di seluruh dunia," imbuhnya.

Baca juga: Hubungi Zelensky, Truss Janjikan Dukungan Penuh untuk Ukraina

Adapun kedua pemimpin bersahabat dan terbuka saat membahas kerja sama, serta bertukar pandangan tentang hubungan dan situasi internasional. Sejak kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, Myanmar menghadapi sanksi dari negara Barat.

Myanmar berada dalam kekacauan dan ekonominya lumpuh saat rezim militer berjuang untuk menghancurkan perlawanan. Rusia dan sekutunya, Tiongkok, dituding mempersenjatai junta Myanmar untuk menyerang warga sipil. 

Lebih dari 2.200 orang tewas dalam tindakan keras tersebut. Selama perjalanan ke Naypyidaw pada awal Agustus, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendukung upaya junta Myanmar untuk menstabilkan negara dan mengadakan pemilihan nasional.(AFP/OL-11)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya