Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
INDONESIA akan mendapat 'durian runtuh' alias windfall akibat konflik Rusia dan Ukraina dari kenaikan sejumlah harga komoditas. Namun, di satu sisi subsidi energi akan mengalami pembengkakan.
Pengamat Energi Center For Energy Policy Kholid Syeirazi menjelaskan, kenaikan komoditas itu melesat dari asumsi APBN 2022. Misalnya, harga APBN menetapkan acuan harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$63 per barel, tapi harga minyak dunia sempat menembus US$138 per barel.
"Batu bara harganya ditetapkan hanya US$67,3 per ton. Sementara, sekarang US$200 per ton. Akan ada windfall dari kenaikan ini," ujarnya dalam Forum Diskusi Denpasar, Rabu (16/3).
Dengan demikian, penerimaan negara Indonesia akan tertolong atau meningkat. Kemudian, Kholid menyebut, dari sisi subsidi energi yang ditetapkan APBN 2022 senilai Rp134 triliun dianggap membebani negara.
Di tengah proses pemulihan ekonomi, pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti Pertalite dan harga listrik. Padahal harga minyak dunia melonjak hingga di atas US$100 per barel imbas konflik Rusia-Ukraina.
"(Kebijakan) subsidi ini akan cilaka. Bakal ada pembengkakan dari subsidi. Misalnya Pertalite, yang dijual itu sebenarnya tidak sesuai harga pasar, makanya disubsidi," ungkap Kholid.
Dalam perbandingan data yang dipaparkannya, harga BBM pertamax Pertamina dipatok Rp9 ribu per liter. Sedangkan, BBM pertamax yang dijual Shell sebesar Rp12 ribuan per liter.
Baca juga : Prancis Desak Perlindungan Jurnalis di Konflik Rusia-Ukraina
Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Eisha Rachbini menuturkan, dampak konflik geopolitik di Eropa Timur itu mengancam krisis energi.
"Bukan hanya kenaikan minyak mentah saja, tapi ada harga komoditas yang ikut naik. Seperti CPO, gas, batu bara karena Rusia-Ukraina merupakan pemain utama komoditas itu," kata dia.
Pertikaian kedua negara itu juga secara langsung akan menganggu impor gandum, karena impor Indonesia terbesar dari Ukraina mencapai 27%. Lalu dapat menganggu impor pupuk Indonesia dari Rusia.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyatakan konflik Rusia-Ukraina berdampak kompleks bagi negara dunia. Mulai dari terganggunya rantai pasok energi dan pangan serta perlambatan ekonomi dunia.
Meski, Indonesia secara geografis berjauhan dengan kedua negara itu, tapi lonjakan harga minyak mentah dan gas bumi turut berpengaruh dalam kebijakan ekonomi nasional.
"Setiap negara dituntut harus menyiapkan skenario terburuk, khususnya menyiapkan penyelematan ekonomi," tutupnya. (OL-7)
Donald Trump akan berupaya mengembalikan sebagian wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia, saat bertemu dengan Vladimir Putin di Alaska, Jumat.
PRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelensky pada Sabtu (9/8) menegaskan setiap keputusan yang diambil tanpa melibatkan Ukraina tidak akan membawa perdamaian.
Zelensky mengatakan Ukraina siap untuk keputusan nyata yang dapat membawa perdamaian, dan itu haruslah perdamaian yang bermartabat.
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump, Jumat (8/8), mengumumkan bahwa dia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus di Negara Bagian Alaska.
Putin menawarkan Washington untuk mengakhiri permusuhan di Ukraina dengan imbalan Kyiv menyerahkan seluruh Oblast Donetsk, The Wall Street Journal melaporkan.
KREMLIN mengumumkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menggelar pertemuan puncak dalam waktu dekat.
Xi Jinping dilaporkan menyambut baik dialog antara Washington dan Moskow dan menegaskan kembali dukungan Beijing terhadap upaya penyelesaian perang.
Pemimpin Ukraina mengisyaratkan bahwa sikap Rusia yang tampaknya melunak menunjukkan ancaman sanksi sekunder AS terhadap pembeli minyak Rusia berhasil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved