Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Konflik Rusia-Ukraina Makin Runyam, Harga Minyak Komoditas Makin Liar

Fetry Wuryasti
09/3/2022 12:08
Konflik Rusia-Ukraina Makin Runyam, Harga Minyak Komoditas Makin Liar
Tentara Ukraina mengamati lokasi ledakan setelah terjadi pertempuran dengan pasukan Rusia di Kota Kiev, Ukraina, pada Sabtu (26/2) pagi.(Sergei SUPINSKY / AFP )

SEBUAH sikap diambil oleh Amerika dan Inggris. Presiden AS Joe Biden mengatakan Amerika akan melarang impor bahan bakar fosil, termasuk minyak dari Rusia sebagai sebuah sikap dari AS yang akan menekan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun hal ini sekaligus akan mendorong tekanan menjadi lebih besar terhadap pasar minyak global.

"Biden mengatakan bahwa mereka tidak akan menjadi bagian dalam mensubsidi perang untuk Putin. Langkah yang dilakukan oleh AS telah mendorong Inggris melakukan hal yang sama, mengumumkan akan melakukan larangan tersebut, meski Inggris masih mengizinkan gas alam dan batu bara dari Rusia," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (9/3).

Baca juga: Rusia Umumkan Gencatan Senjata untuk Kemanusiaan di Ukraina 

Sedangkan negara-negara Eropa yang cenderung bergantung terhadap bahan bakar Rusia. Mereka masih menahan diri untuk tidak ikut berpartisipasi.

Sejauh, total impor AS pada tahun 2021 sebanyak 250 juta barel minyak dan bahan bakar dari Rusia. Hal ini menyebabkan Rusia memberikan kontribusi minyak sekitar 8% dari impor minyak yang dilakukan oleh AS terhadap Rusia tahun lalu.

Sehingga apabila pelarangan impor tersebut dilakukan, tentu akan mendorong situasi dan kondisi tekanan di pasar minyak akan bertambah secara signifikan. Sejauh ini pada tahun 2022, impor minyak oleh AS dari Rusia telah turun secara tahunan, yang paling lambat sejak 2017.

Biden telah resmi memberikan larangan terhadap pembelian minyak baru dan memberikan waktu selama 45 hari untuk menghentikan pengiriman pesanan yang ada saat ini. Tidak hanya mempermasalahkan larangan, Biden juga melarang investasi di sektor energi di Rusia.

Biden melakukan langkah signifikan sebagai bagian dari upaya untuk memberikan sanksi kepada Rusia karena telah menginvasi Ukraina. 

Sedangkan sejauh ini Eropa mengimpor 4 juta barel per hari minyak mentah dan produk olahan dari Rusia. Rusia memberikan kontribusi hampir 27% impor minyak mentah yang dilakukan oleh Eropa pada tahun 2019 silam.

"Sehingga kami melihat, dampaknya akan jauh lebih terasa apabila Eropa yang melakukan pembatasan, dan justru akan melukai negara sendiri apabila hal tersebut dilakukan," kata Nico.

Larangan impor minyak oleh AS telah mendorong volatilitas kian liar. Harga minyak naik hingga US $128,38. Artinya harga minyak naik hingga ke level tertinggi sejak 2008 silam.

Biden mengambil sikap yang seharusnya dilakukan meskipun hal tersebut menjadi pedang bermata dua bagi AS. Satu sisi dia memiliki sikap untuk membatasi pergerakan Rusia, dan satu lagi AS dapat dipersalahkan karena telah menyebabkan harga minyak mengalami kenaikan.

Namun bagi Biden, meski tidak akan mengimpor minyak dari Rusia, dirinya berjanji untuk kebijakan larangan impor minyak dari Rusia tidak akan menghalangi kemampuan AS untuk meningkatkan produksi.

Membalas, Rusia mengatakan bahwa mereka akan membatasi perdagangan beberapa komoditas dan bahan mentah sebagai tanggapan akan sanksi tersebut.

Presiden Putin telah menandatangani perintah untuk melakukan larangan atau membatasi barang. Pemerintah Rusia tengah membuat daftar pembatasan tersebut dalam kurun waktu 2 hari ke depan.

Situasi dan kondisi kian semakin runyam, dan untuk mimpi yang Putin inginkan, tentu ada harga yang harus dibayar. Sejauh mana Putin rela berkorban untuk mewujudkan mimpinya, sebanyak itu pula harga yang Putin harus bayar untuk mewujudkannya. Begitupun dengan Amerika yang berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk mencegah Rusia bertindak lebih jauh.

"Ada potensi bahwa pasar saham dan obligasi akan mencoba untuk rebound hari ini, setelah mengalami koreksi yang cukup dalam khususnya di dalam pasar obligasi. Rebound ini akan menjadi sebuah riak sebelum terjadinya penurunan kembali," kata Nico. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya