Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

ASEAN Harus Siap Hadapi Disrupsi Ekonomi dengan Sejumlah Tantangan

Haufan Hasyim Salengke
25/10/2021 16:16
ASEAN Harus Siap Hadapi Disrupsi Ekonomi dengan Sejumlah Tantangan
Christiana Figueres selaku Founding Partner Global Optimism dan former Executive Secretary UNFCC.(Ist/Greenbiz)

PANDEMI Covid-19 telah menciptakan fase disrupsi ekonomi secara global dan regional di kawasan ASEAN. Alhasil berbagai pengembangan sektor mengalami kompleksitas dan kontradiksi. 

“Faktanya kita harus melakukan cara menumbuhkan kembali ekonomi,” jelas Christiana Figueres selaku Founding Partner Global Optimism dan former Executive Secretary UNFCC dalam acara webinar Catalysing ASEAN Connectivity, Standard Chartered ASEAN Business Forum.

Dalam keterangan yang dikutip, Senin (25/10), ia mengtakan disrupsi ekonomi merupakan tantangan besar karena berdampak pada perubahan ekosistem ekonomi secara alami sehingga perkembangan ekonomi beberapa negara termasuk di ASEAN sangat lambat. 

Pun pada akhirnya ini juga berdampak dalam pada perdagangan. Belum selesai masalah ekonomi, dunia saat ini menghadapi tantangan dari perubahan iklim. 

Contohnya adalah cuaca ekstrem yang membuat beberapa negara mengalami suhu panas tinggi. “Semuanya adadi berita sehingga orang-orang cenderung melakukan proteksi keuangan,” katanya.

Kabar baiknya, lanjut dia, saat ini sudah ada perusahaan yang komitmen melawan perubahan iklim. Mereka akhirnya memikirkan bagaimana cara mengurangi karbon netral dalam investasi dan merubah supply chain secara signifikan untuk mengurangi emisi.

“Mereka sebenarnya mengejar sebelum 2040 karena mereka paham bahwa jika targetnya tahun 2050 maka akan terlambat yang berdampak pada kelanjutan bisnis,” jelas Christiana. 

Di lain sisi, ia melihat dalam kesepakatan Glasgow Net Zero Emission (NZE) yang Stanchart merupakan salah satu pendirinya, akhirnya telah menambah aliansi strategis untuk mengurangi emisi karena tercatat lebih dari 160 perusahaan bersama-sama menjaga aset 70 triliun dolar AS. 

“Inisiatif sektor keuangan ini telah menambah akselerasi transisi 2050 dekarbonisasi,” kata Christiana,

Di antara cara yang dilakukan untuk melawan perubahan iklim adalah dengan mengembangkan pembangkit EBT (energi baru terbarukan) untuk pasokan listrik bagi operasi manufakturnya.  

“Untuk negara-negara ASEAN saya lihat sudah sangat menerima terhadap perubahan-perubahan ini dalam marketnya,” ungkap Christiana.

Menurut Chrisrtiana, hal ini artinya di ASEAN ada tren dekarbonisasi sehingga bisa mendapatkan peluang akses modal dan menambah modal. Terlebih permintaan energi ASEAN bertambah dalam dekade terakhir, maka pada akhirnya menciptakan pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan digitalisasi. 

“Digitalisasi ini bergantung sekali pada energi. Sedangkan energi sendiri harus ditunjang availability. Untuk itu dekarbonisasi adalah kunci untuk bertumbuh di ASEAN,” pungkas Christiana. (Hym/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya