Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PEMIMPIN tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Rabu (14/4), memperingatkan agar pembicaraan tentang program nuklir negara itu tidak berlarut-larut. Hal itu disampaikannya dalam sambutan yang disiarkan di televisi menjelang putaran lain dari negosiasi yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Pada Selasa (13/4), Teheran menyatakan akan meningkatkan secara tajam pengayaan uraniumnya, dua hari setelah apa yang dikatakan mereka sebagai tindakan "terorisme nuklir" oleh Israel terhadap pabrik pengayaan uranium mereka di Natanz.
Pengumuman tersebut telah membayangi pembicaraan di Wina yang bertujuan menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, yang ditinggalkan Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump, hampir tiga tahun lalu.
Baca juga: Biden: Waktunya Mengakhiri Perang AS di Afghanistan
"Kami harus berhati-hati agar dialog tidak dilakukan dengan cara pihak-pihak mengulur negosiasi karena itu berbahaya bagi negara," kata Khamenei.
Pemimpin tertinggi itu juga memperingatkan bahwa Iran harus waspada terhadap AS selama negosiasi tersebut.
Sebelumnya, Republik Islam itu mengatakan keputusan mereka untuk meningkatkan pengayaan uranium hingga kemurnian 60% merupakan tanggapan terhadap "terorisme nuklir" oleh Israel terhadap fasilitas Natanz, tempat sebuah ledakan melumpuhkan listrik pada Minggu (11/4).
Langkah pengayaan uranium Iran itu membawa mereka selangkah lebih dekat ke ambang batas 90% untuk penggunaan militer.
Di bawah kesepakatan nuklir yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, Iran berkomitmen mempertahankan pengayaan hingga 3,67%, meskipun itu telah ditingkatkan hingga 20% pada Januari.
Pihak Eropa dalam kesepakatan itu--Inggris, Prancis dan Jerman--pada Rabu (14/4) menyatakan keprihatinan yang besar atas langkah pengayaan tersebut, sementara juga menolak semua tindakan eskalasi oleh aktor manapun.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB mengatakan para inspekturnya mengunjungi situs itu untuk melakukan verifikasi dan pemantauan pada Rabu (14/4).
IAEA kemudian mengatakan Iran hampir menyelesaikan persiapan di Natanz untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 60%.
AS, Selasa (13/4), mengatakan bahwa pihaknya mendukung sekutunya Israel, tetapi tetap berkomitmen pada pembicaraan Iran yang akan dilanjutkan pada Kamis (15/4) meskipun ada rencana pengayaan oleh Teheran. (AFP/OL-1)
Pandangan pemerintah AS terhadap dampak kerusakan pada tiga situs nuklir utama Iran masih konsisten, dan penilaian tersebut sejauh ini tidak mengalami perubahan.
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai subholding dari PT Pertamina menyatakan keinginan untuk mengembangkan PLTN di Indonesia.
Pemred media Iran Kayhan menuduh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad, dan menyerukan eksekusi terhadapnya.
Houthi mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik Zulfiqar yang menargetkan sebuah lokasi "sensitif" di Israel selatan. Serangan itu diklaim telah berhasil mengenai sasarannya.
PAKAR Hubungan Internasional UGM, Muhadi Sugiono, berpendapat sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Indonesia perlu mengambil sikap yang jelas dan tegas atas perang Iran-Israel.
Pemerintah Israel secara resmi mengonfirmasi kesepakatan gencatan senjata bilateral dengan Iran pada Selasa (24/6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved