Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Cerita Rakyat Saudi yang Menggemari Indomie

Mediaindonesia.com
02/2/2021 16:50
Cerita Rakyat Saudi yang Menggemari Indomie
Koki tengah menyiapkan mi goreng pesanan pembeli di warung Indomie Abang Adek di kawasan Tomang, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.(MI/Panca Syurkani.)

TERNYATA kelezatan citarasa Indomie sangat berkesan pada warga Arab Saudi. Bahkan surat kabar Arab News yang terbit sejak 1975 mengenang kepergian Nunuk Nuraini sebagai peracik bumbu Indomie. Nunuk meninggal dunia pada Rabu (27/1) di usia 59 tahun.

Para penggemar merek mi instan banyak menuliskan kepergian Nunuk di media sosial mereka untuk mengungkapkan penghargaan kepadanya dan ciptaannya. Pasalnya ciptaan sederhana itu menjadi warisan yang akan tetap disyukuri selamanya oleh banyak rumah tangga di Saudi.

Mi instan itu menjadi rasa yang mengingatkan pekerja rumah tangga Indonesia di Saudi. Mereka pun membagikannya kepada majikan yang sekarang melihat mi tersebut sebagai makanan yang lezat. Tanyakan orang Saudi tentang merek mi instan favorit mereka. Jawaban mereka hampir pasti yaitu Indomie.

Diluncurkan di Indonesia pada 1972, mi instan itu dibawa ke Kerajaan pada 1986. Dipopulerkan oleh pekerja rumah tangga Indonesia yang mendambakan cita rasa rumah tangga, keterjangkauan dan keunikan rasa mi dengan cepat memberikan mi tersebut status yang hampir seperti pemujaan di kalangan orang Saudi dan ekspatriat.

Popularitas Indomie di Kerajaan akhirnya mengarah pada pembangunan tiga pabrik di Arab Saudi untuk memenuhi permintaan produk yang tinggi. Pabrik utama Indomie di Jeddah, yang terbesar di kawasan MENA, memproduksi hingga 2 juta bungkus sehari untuk kota itu saja sejak dibuka pada 1992.

Pekerja rumah sakit Sarah Al-Suqair mengatakan kepada Arab News bahwa Indomie telah menjadi bagian integral dari dapur Saudi. ia mengaku menyiapkan dan makan mi tidak hanya dilakukan di rumah.

"Saya ingat saat Indomie cup menggila di sekolah dan ada banyak Indomie cup yang ditukar dengan uang, mainan, pernak-pernik, video game dan film, atau bahkan bantuan seperti mengerjakan PR," katanya. "Itu bentuk selundupan yang paling enak di sekolah, terutama ketika para guru mencium aromanya dan mulai melarang mereka."

Al-Suqair juga menceritakan cara-cara liar para siswa menyiapkan mi instan di sekolah yakni dengan sedikit air mendidih. "Saya ingat beberapa teman sekelas saya diskors karena menyelinap ke laboratorium kimia dan mencoba menggunakan pembakar Bunsen untuk merebus air untuk mi. Trik favorit lain yaitu dua siswa memasuki ruang guru. Salah satu dari mereka akan mengalihkan perhatian guru dan yang lain diam-diam mencoba mengambil air panas," katanya.

Ahli gizi Leila Bakri mengatakan kepada Arab News bahwa kelemahannya nomor satu yakni semangkuk Indomie goreng yang bertumpuk. Makanan itu sesuatu yang tidak dapat dia tolak meskipun tidak sehat.

"Mi instan pada umumnya bukanlah makanan yang benar-benar sehat, karena kandungan natrium, MSG, dan bahan olahan di dalamnya. Tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya. Saya tumbuh besar makan Indomie di rumah. Saya pikir kita semua melakukannya. Mudah dibuat, murah, dan sangat mengenyangkan. Saya mencoba membuatnya lebih sehat dengan menambahkan ayam, sayuran, apa saja yang segar. Saya bahkan mencoba membuat versi saya sendiri, tetapi kenyataannya, sekeras apa pun saya mencoba, saya tidak akan pernah bisa menciptakan kembali rasa Indomie yang otentik," ujarnya.

Indomie sebagai merek telah mengamankan tempatnya bahkan di lingkungan budaya kerajaan itu. Logo tersebut telah menemukan jalannya ke sejumlah merchandise, seperti kaos oblong dan peralatan dapur, pin dan stiker, dan bahkan mengarah pada pembuatan game seluler berumur pendek, Indomie Dash, pada 2013.

Indomie juga telah bereksperimen dengan citarasa lokal untuk beberapa paket khusus di negara-negara tempat merek tersebut paling populer. Misalnya, di Nigeria, salah satu konsumen Indomie terbesar di dunia, dirilis rasa Jollof, meniru beberapa rasa hidangan nasi Afrika Barat. Indomie juga mendominasi 95% pasar mi instan di Saudi, meskipun ada beberapa pesaing, menurut Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya