Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Fatima, Vaksin, dan Hadiah dari Tuhan

Adiyanto
19/1/2021 06:10
Fatima, Vaksin, dan Hadiah dari Tuhan
Pengungsi Suriah di Yordania menerima suntikan vaksinasi(Khalil MAZRAAWI / AFP)

FATIMA Ali tanpa ragu menggulung lengan bajunya di dalam minibus yang diparkir di luar sebuah klinik di kota Mafraq, Yordania. Hari itu, Senin (18/1)  ia akan disuntik vaksin covid-19. Pengungsi asal Suriah itu berlinang air mata haru saat menerima suntikan tersebut.

"Itu adalah hadiah dari Tuhan," kata perempuan berusia 71 tahun itu.

Fatima berasal dari Daraa di Suriah. Tujuh tahun lalu, dia melarikan diri guna menghindari kecamuk perang di negaranya, bersama suami dan enam anaknya. Mereka mencari perlindungan di kamp pengungsi Zaatari di timur Mafraq. Kawasan itu menjadi hunian bagi sekitar 80.000 pengungsi. Menurut banadan pengungsi PBB, UNHCR, selama pandemi covid-19, di kamp tersebut tercatat 1.992 orang telah infeksi virus korona.

“Hari ini, saya sangat senang karena baru saja divaksin untuk menangkal penyakit yang selama ini membuat kami takut,” kata Fatima, yang disuntik di dalam minibus karena tidak lagi kuat berjalan. Suami Fatima, Hussein Mohammad  cuma menemani karena dia tidak disuntik pada hari itu.

"Pemerintah Yordania memperlakukan kami dengan murah hati dan tanpa membedakan kami dari warganya," katanya.

Juru bicara UNHCR di Yordania, Mohammad Hawari, mengatakan kepada AFP, bahwa kerajaan itu adalah negara pertama yang memberikan vaksinasi gratis, tidak hanya kepada warganya tetapi juga pengungsi yang terdaftar di PBB.

Sebanyak 24 pengungsi yang divaksinasi di klinik Mafraq, Senin, adalah lansia, karena pemerintah memang memprioritaskan vaksinasi bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun serta tenaga medis dan orang dengan kondisi kesehatan kronis.

Pemerintah Yordania telah melaporkan 315.544 kasus covid-19, dengan 4.153 kematian akibat penyakit tersebut. Negara itu menampung 750.000 pengungsi, 663.000 di antaranya berasal dari negara tetangga Suriah.

Sekitar 100 pengungsi telah divaksinasi sejak peluncuran program itu dimulai pekan lalu. Mereka diangkut ke klinik dengan empat minibus. Mereka yang menerima suntikan pada hari Senin lalu, diminta untuk mengganti masker pada saat kedatangan dan menunggu dipanggil untuk masuk satu per satu. Seusai divaksin, mereka diberi secarik kertas dengan nomor dokter yang dapat dihubungi jika mengalami efek samping.

Manhal Hilal, seorang pengungsi  yang datang ke Yordania pada 2012 bersama istri dan putrinya, mengatakan, putra-putranya di Suriah terkejut ketika dia memberi tahu mereka bahwa dia akan divaksinasi.

"Mereka tidak mempercayai saya, mereka mengira saya bercanda," kata pria berusia 71 tahun itu sambil tersenyum. "Saya bersumpah kepada mereka bahwa itu benar dan mereka mengatakan kepada saya bahwa saya benar-benar beruntung."

Sejak pandemi merebak, hingga kini vaksinasi belum dimulai di Suriah.

Sheikha al-Hariri, seorang ibu empat anak berusia 70 tahun, yang telah tinggal di Zaatari selama tujuh tahun, merasa lega karena mendapatkan suntikan agar dia bisa lepas dari keterkungkungan akibat wabah ini. "Ini akan mengubah hidup saya," katanya. (AFP/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik