Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Angka Kelahiran di Italia Diperkirakan Turun Drastis Akibat Korona

Atikah Ishmah Winahyu
27/12/2020 10:23
Angka Kelahiran di Italia Diperkirakan Turun Drastis Akibat Korona
Warga melakukan aktivitas di Via dei Fori yang kosong di Roma, Italia.(AFP/Vincenzo PINTO)

ANGKA kelahiran di Italia diperkirakan akan semakin berkurang karena turunnya perekonomian dan ketidakpastian yang disebabkan pandemi covid-19 memperburuk krisis demografis.

Pada 2019, Italia mencatat 420 ribu kelahiran, jumlah terendah sejak penyatuan negara pada 1861. Sementara kematian mencapai 647 ribu jiwa.

Badan Statistik Nasional, Istat, memperkirakan tingkat kelahiran berpotensi turun hingga angka 408 ribu pada tahun ini. Sementara pandemi covid-19 diperkirakan akan mendorong angka kematian hingga melebihi 700 ribu jiwa.

Baca juga: Prancis Buka Peluang Lockdown Ketiga

“Masuk akal untuk berhipotesa bahwa iklim ketakutan dan ketidakpastian serta meningkatnya kesulitan material yang ditimbulkan peristiwa baru-baru ini akan berdampak negatif pada keputusan kesuburan para pasangan di Italia,” kata Presiden Istat Gian Carlo Blangiardo.

Sementara itu, Blangiardo mengaku khawatir dengan total kematian yang diperkirakan pada tahun ini.

“Ini adalah tingkat yang mengkhawatirkan karena terakhir kali hal seperti ini terjadi adalah pada 1944 ketika kita berada dalam Perang Dunia II,” imbuhnya.

Italia, negara Eropa pertama yang dilanda pandemi, telah mencatat 67 ribu kematian akibat covid-19 yang dikonfirmasi sejak akhir Februari.

Sementara itu, tingkat pengangguran negara tersebut diperkirakan akan meningkat dari 9,4% pada tahun ini menjadi 11% pada 2021.

Kaum perempuan telah menanggung beban konsekuensi ekonomi pandemi karena banyak yang kehilangan pekerjaan atau terpaksa meninggalkan rumah bersama anak-anak yang tidak lagi bersekolah.

Bahkan, sebelum pandemi, hanya kurang dari setengah perempuan usia produktif di Italia yang bekerja. Selain itu, banyak dari mereka yang mengundurkan diri saat hamil karena tidak dapat menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga, dengan kurangnya fasilitas penitipan anak yang terjangkau dan kondisi kerja yang tidak fleksibel menjadi salah satu alasan utama.

“Di Italia, ini sangat serius,” kata sosiolog di Universitas Milan-Bicocca, Giorgia Serughetti.

“Ketidaksetaraan gender dan kurangnya pekerjaan serta layanan pengasuhan anak menonjolkan masalah ini, sementara covid-19 telah menambah keparahan dan ketidakpastian. Begitu banyak orang sekarang kehilangan pekerjaan, inilah kenyataannya. Jadi mereka bertanya pada diri sendiri, jika saya punya anak hari ini, siapa yang tahu apakah saya masih akan punya pekerjaan besok?” jelasnya.

Dalam pertemuan di sebuah asosiasi perempuan di Roma, baru-baru ini, Serughetti mengatakan poin yang diangkat tentang perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak sebagai semacam protes diam-diam terhadap kondisi ekonomi dan sosial dengan mereka dipaksa untuk hidup.

Presiden Italia Sergio Mattarella mengatakan, awal tahun ini, bahwa penurunan angka kelahiran di negara itu adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan.

“Sebagai orangtua, saya sangat menyadari penurunan angka kelahiran,” tambahnya.

Di Italia, selisih jumlah anak dan lansia di atas 65 tahun mencapai satu banding lima.

“Populasi yang menua adalah masalah bagi sistem negara, tidak hanya untuk ekonomi dan pembayaran pensiun dan lain-lain,” kata Serughetti.

“Masalah lainnya adalah bahwa negara menjadi tua, karena lebih sedikit orang muda berarti lebih sedikit energi dan ide,” tandasnya. (The Guardian/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya