Armenia Siap Berdialog menuju Gencatan Senjata

Haufan Hasyim Salengke
03/10/2020 19:24
Armenia Siap Berdialog menuju Gencatan Senjata
.(AFP)

ARMENIA siap untuk bekerja sama dengan mediator internasional untuk mencapai gencatan senjata atas Azerbaijan. Keduanya memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri, tempat bentrokan sengit meluas hingga hari keenam.

"Armenia siap untuk terlibat dengan Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat, yang menjadi ketua bersama kelompok mediator OSCE untuk membangun kembali rezim gencatan senjata," ujar Kementerian Luar Negeri Armenia dalam sebuah pernyataan, Jumat (2/10).

Namun, pernyataan itu menambahkan agresi terhadap Nagorno-Karabakh akan terus menerima respons yang kuat dan tegas.

Seruan negosiasi terjadi setelah pejabat etnis Armenia di wilayah Nargorno-Karabakh yang memisahkan diri melaporkan 54 korban militer lain di antara pasukan yang didukung Armenia. Ini menjadikan korban tewas menjadi 158 tentara.

Azerbaijan belum melaporkan adanya korban militer tetapi mengatakan 19 warga sipil tewas oleh tembakan Armenia.

Meskipun pernyataan Armenia menandai awal dialog dapat dilakukan, Menteri Luar Negeri Turki, pendukung utama Azerbaijan, mengatakan agar Baku menyetujui gencatan senjata, Armenia harus menarik pasukannya dari wilayah yang mereka duduki.

Berbicara pada konferensi pers bersama dengan mitranya dari Italia, Luigi Di Maio, Menlu Mevlut Cavusoglu mengatakan kebuntuan mendorong Armenia untuk menyerang dan secara ilegal menempatkan orang-orang Armenia ke wilayah negara lain.

"Jika komunitas internasional ingin melakukan sesuatu tentang Nagorno-Karabakh, mereka harus membuat Armenia segera meninggalkan tanah Azerbaijan," kata Cavusoglu, menambahkan Turki akan mendukung upaya apa pun ke arah itu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam Turki karena laporan intelijen menunjukkan 300 pejuang dari Suriah telah melewati Turki dalam perjalanan ke Azerbaijan. Laporan itu telah dibantah oleh Ankara.

"Garis merah telah dilintasi," kata pemimpin Prancis, menambahkan negaranya menuntut penjelasan.

Dalam seruan bersama pada Kamis, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Donald Trump, dan Macron mendesak kedua belah pihak untuk kembali ke negosiasi untuk menyelesaikan sengketa teritorial lama mereka.

Rusia juga mengindikasikan pihaknya membuat kemajuan dalam upaya diplomatik dengan Turki. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dan mitranya Cavusoglu mengatakan mereka siap untuk 'koordinasi erat' untuk menstabilkan situasi. (Al Jazeera/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya