Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
KETEGANGAN antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah mengguncang situasi global. Sejumlah pemimpin dunia pun menyerukan persatuan di tengah “Perang Dingin 2.0”.
Perdagangan global tertekan perang tarif antara dua ekonomi raksasa dunia dalam dua tahun terakhir. Rivalitas dan sentimen negatif telah menyebar ke isu Hong Kong, minoritas muslim Tiongkok, tuduhan mata-mata dan kendali atas Laut China Selatan.
Kanselir Jerman Angela Merkel ingin menjaga perdagangan dan kerja sama di tengah tantangan pemanasan global. Namun, dia menilai Undang-Undang Keamanan yang memperketat kendali Beijing atas Hong Kong adalah masalah rumit.
Baca juga: Kondisi Kesehatan Memburuk, PM Jepang Akan Mundur
Ekonomi terbesar Eropa belum mengambil sikap terhadap raksasa teknologi Tiongkok, yakni Huawei. Meskipun ada tekanan dari AS untuk mengecualikan produk Huawei lantaran memiliki risiko keamanan.
"Tiongkok adalah mitra penting bagi kami, namun juga pesaing," ujar Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, dalam pernyataan resmi.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Presiden AS, Donald Trump, sebagai teman, namun tidak ingin membuat Tiongkok gusar. Sejauh ini, Prancis tidak mengkritik kebijakan Trump terhadap penanganan covid-19 di Tiongkok.
Baca juga: Militerisasi di LCS, AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk Tiongkok
Hubungan strategis Eropa dengan Tiongkok menjadi perhatian besar. Menteri Luar Negeri Uni Eropa belum menyetujui posisi bersama atas Tiongkok. Mengenai Hong Kong, pilihan yang diambil termasuk pengawasan ketat terhadap ekspor teknologi sensitif ke wilayah tersebut. Namun, belum ada pembicaraan terkait sanksi ekonomi atau menargetkan pejabat Tiongkok dengan sanksi.
Korea Selatan terjepit di antara sekutu militer utamanya, yakni AS, dan mitra dagang terbesarnya, yakni Tiongkok. Pada 2016, Beijing menghancurkan bisnis operator supermarket Lotte di Tiongkok. Setelah konglomerat itu menjual sebidang tanah di Korea Selatan kepada pemerintah untuk sistem antirudal.
Perdana Menteri India Narendra Modi berupaya merangkul Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump. Akan tetapi, pandemi covid-19 dan bentrokan di perbatasan India, telah memicu sentimen anti-Tiongkok.
Baca juga: AS-Tiongkok Disebut Kembali ke Meja Perundingan
Ketegangan Tiongkok-AS mulai berdampak di kawasan Afrika. Bank Pembangunan Afrika menyatakan hambatan perdagangan tahun lalu akibat perang tarif. Alhasil, terjadi penurunan produksi ekonomi sebesar 2,5% di beberapa negara Afrika.
ASEAN yang beranggotakan 10 negara berusaha menghindari langkah yang mengasingkan Washington atau Beijing. Sebab, kedua negara merupakan mitra dagang penting.
"Kekuatan-kekuatan besar, saat mereka saling bersaing, akan membujuk kita untuk berpihak pada mereka. Kami jelas mengedepankan kepentingan nasional," tutur Harry Roque, juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte.(Al Jazeera/OL-11)
Militer Taipe menggelar latihan pertahanan sipil, guna menghadapi ancaman invasi Tiongkok.
Ilmuwan mengidentifikasi Pulaosaurus qinglong merupakan dinosaurus bertubuh kecil asal Tiongkok yang hidup 160 juta tahun lalu.
Selain pelatihan intensif, peserta juga mendapat kursus Bahasa Mandarin gratis sebagai persiapan keberangkatan.
Pengamat Nilai Indonesia akan Mengutamakan Market BRICS Dibanding AS
IRAN menerima sistem rudal permukaan-ke-udara dari Tiongkok sebagai bagian dari upaya cepat membangun kembali pertahanan udaranya yang rusak akibat serangan Israel selama konflik 12 hari.
Presiden Emmanuel Macron menyerukan agar negara-negara Eropa mengurangi ketergantungan ganda terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved