Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Hubungan AS-Tiongkok Memanas, Pemimpin Dunia Serukan Persatuan

Haufan Hasyim Salengke
28/8/2020 15:00
Hubungan AS-Tiongkok Memanas, Pemimpin Dunia Serukan Persatuan
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping mengadakan pertemuan bilateral pada tahun lalu.(AFP/Brendan Smialowski)

KETEGANGAN antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah mengguncang situasi global. Sejumlah pemimpin dunia pun menyerukan persatuan di tengah “Perang Dingin 2.0”.

Perdagangan global tertekan perang tarif antara dua ekonomi raksasa dunia dalam dua tahun terakhir. Rivalitas dan sentimen negatif telah menyebar ke isu Hong Kong, minoritas muslim Tiongkok, tuduhan mata-mata dan kendali atas Laut China Selatan.

Kanselir Jerman Angela Merkel ingin menjaga perdagangan dan kerja sama di tengah tantangan pemanasan global. Namun, dia menilai Undang-Undang Keamanan yang memperketat kendali Beijing atas Hong Kong adalah masalah rumit.

Baca juga: Kondisi Kesehatan Memburuk, PM Jepang Akan Mundur

Ekonomi terbesar Eropa belum mengambil sikap terhadap raksasa teknologi Tiongkok, yakni Huawei. Meskipun ada tekanan dari AS untuk mengecualikan produk Huawei lantaran memiliki risiko keamanan.

"Tiongkok adalah mitra penting bagi kami, namun juga pesaing," ujar Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, dalam pernyataan resmi.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut Presiden AS, Donald Trump, sebagai teman, namun tidak ingin membuat Tiongkok gusar. Sejauh ini, Prancis tidak mengkritik kebijakan Trump terhadap penanganan covid-19 di Tiongkok.

Baca juga: Militerisasi di LCS, AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk Tiongkok

Hubungan strategis Eropa dengan Tiongkok menjadi perhatian besar. Menteri Luar Negeri Uni Eropa belum menyetujui posisi bersama atas Tiongkok. Mengenai Hong Kong, pilihan yang diambil termasuk pengawasan ketat terhadap ekspor teknologi sensitif ke wilayah tersebut. Namun, belum ada pembicaraan terkait sanksi ekonomi atau menargetkan pejabat Tiongkok dengan sanksi.

Korea Selatan terjepit di antara sekutu militer utamanya, yakni AS, dan mitra dagang terbesarnya, yakni Tiongkok. Pada 2016, Beijing menghancurkan bisnis operator supermarket Lotte di Tiongkok. Setelah konglomerat itu menjual sebidang tanah di Korea Selatan kepada pemerintah untuk sistem antirudal.

Perdana Menteri India Narendra Modi berupaya merangkul Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump. Akan tetapi, pandemi covid-19 dan bentrokan di perbatasan India, telah memicu sentimen anti-Tiongkok.

Baca juga: AS-Tiongkok Disebut Kembali ke Meja Perundingan

Ketegangan Tiongkok-AS mulai berdampak di kawasan Afrika. Bank Pembangunan Afrika menyatakan hambatan perdagangan tahun lalu akibat perang tarif. Alhasil, terjadi penurunan produksi ekonomi sebesar 2,5% di beberapa negara Afrika.

ASEAN yang beranggotakan 10 negara berusaha menghindari langkah yang mengasingkan Washington atau Beijing. Sebab, kedua negara merupakan mitra dagang penting.

"Kekuatan-kekuatan besar, saat mereka saling bersaing, akan membujuk kita untuk berpihak pada mereka. Kami jelas mengedepankan kepentingan nasional," tutur Harry Roque, juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte.(Al Jazeera/OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya