Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Ratusan Warga Spanyol Gelar Aksi Protes Antimasker di Madrid

Faustinus Nua
17/8/2020 09:15
Ratusan Warga Spanyol Gelar Aksi Protes Antimasker di Madrid
Warga Spanyol menggelar aksi demonstrasi di Madrid menentang aturan kewajiban penggunaan masker.(AFP/JAVIER SORIANO )

DENGAN meneriakkan 'kebebasan', ratusan orang berunjuk rasa pada Minggu (16/8) di Madrid memprotes kewajiban penggunaan masker dan pembatasan lain yang diberlakukan pemerintah Spanyol dalam penanganan pandemi covid-19.

Kerumunan orang menggelar aksi protes di pusat kota sebagai tanggapan atas ajakan yang disebar melalui media sosial. Mereka membawa spanduk yang bertuliskam 'virus tidak ada', 'masker membunuh', 'kami tidak takut', dan tulisan lainnya.

Demonstrasi tersebut menarik berbagai peserta, termasuk ahli teori konspirasi, libertarian, dan penentang vaksinasi.

Baca juga: Selandia Baru Tunda Pemilihan Umum selama Sebulan

Pilar Martin, ibu rumah tangga berusia 58 tahun dari kota timur laut Zaragoza, mengatakan dia datang ke Madrid untuk mengikuti aksi tersebut. Dia yakin pemerintah di seluruh dunia melebih-lebihkan jumlah infeksi untuk mengekang kebebasan orang.

"Mereka memaksa kami menggunakan masker. Mereka ingin kami tetap di rumah dalam keadaan lockdown. Jelas bahwa mereka terus menerus menipu kami dengan pembicaraan tentang wabah. Itu semua bohong," katanya kepada AFP.

Sejumlah partisipan mengutip film dokumenter yang diedit dengan apik berjudul 'Plandemic' yang telah dihapus dari beberapa platform media sosial termasuk YouTube dan Facebook.

Hal itu karena film itu terbukti memiliki klaim palsu, seperti bahwa mengenakan masker dapat menyebabkan kerusakan atau vaksin telah membunuh jutaan orang.

Banyak pengunjuk rasa tidak mengenakan masker meski diwajibkan, lantaran Spanyol telah mengalami lonjakan infeksi baru sejak pelonggaran lockdown pada 21 Juni.

Pemakaian masker awalnya diberlakukan pada awal Mei sebagai persyaratan bagi mereka yang menggunakan transportasi umum dan kemudian diperluas di negara tempat virus tersebut telah menewaskan hampir 29 ribu orang.

Protes itu terjadi dua hari setelah pemerintah mengumumkan pembatasan baru untuk menahan penyebaran virus, termasuk penutupan diskotik dan larangan merokok di tempat umum dan menjaga jarak setidaknya dua meter. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya