Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Mahasiswa Indonesia: Wuhan Menjelma Menjadi Kota Sunyi

Rifaldi Putra Irianto
28/1/2020 19:21
Mahasiswa Indonesia: Wuhan Menjelma Menjadi Kota Sunyi
Suasana sungai Yangtze di Kota Wuhan(Hector RETAMAL / AFP)

PASCA wabah virus 2019-nCoV atau dikenal virus korona meluas di Wuhan, Tiongkok. Pemerintah Tiongkok dengan segera mengisolasi wilayah tersebut.

Seluruh penghuni kawasan tersebut terpaksa tidak bisa keluar dari Kota yang merupakan lokasi Wabah virus korona pertama kali ditemukan. Kondisi kota berubah menjadi sepi, sejak pemerintah menutup seluruh akses transportasi menuju dan meninggalkan Wuhan.

Berdasarkan keterangannya kepada Media Indonesia, Fadil mahasiswa Indonesia di Central China Normal University, Wuhan menceritakan sedikit aktifitas yang terjadi di Wuhan hari ini.

Siang ini, Selasa (28/1) pukul 11.40 waktu Wuhan Fadil mencoba keluar dari asramanya untuk berbelanja bahan baku makanan ke toko terdekat dari asrama kampus. Tak seperti biasanya jalanan terlihat sepi, hanya ada sesekali pengendara motor yang melintas.

Sejumlah toko terlihat tutup, dengan hanya 2 toko yang masih berjualan, terlihat beberapa keranjang yang seharusnya berisi sayuran ataupun buah-buahan terlihat kosong, seolah menandakan bahan makanan telah menipis.

"Masih ada 2 toko yang buka untuk berjualan kebutuhan sembako, Namun hanya 1 toko yg ada menjual beras dan stok beras disitu sudah habis," ucap Fadil dalam keterangan resminya.

Untuk mendapatkan beras, ia pun terpaksa harus membelinya di minimarket, sesampainya di sana sayangnya minimarket belum buka, terpampang pengumuman bahwa minimarket baru akan buka pada pukul 2 siang.

"Jadi saya harus membeli beras di minimarket dan minimarket nya buka dari jam 2 siang sampai jam 8 malam, dimana biasanya jam buka minimarket itu dari jam 7 pagi hingga 11 malam," sebutnya.

Sesekali terlihat sejumlah orang berjalan menggunakan mantel, tak lupa bersama masker yang merupakan alat kesehatan yang kami gunakan untuk meindungi kami dari serangan virus mematikan.

Kondisi jalan pagi ini terlihat basah, rintik hujan masih mengguyur Wuhan pagi itu, ditambah dengan daun-daun yang mulai berguguran tertiup deburang angin yang mungkin juga membawa virus mematikan tersebut.

"Saya melihat petugas kebersihan masih bekerja menjalankan tugas nya. Namun transportasi umum masih belum beroperasi," ucapnya.

Saat dirinya mencoba berjalan melihat kondisi sekeliling, Wuhan terlihat sepi sekali, bahkan sebuah Layar LED besar yang mempromosikan barang terlihat sia-sia. Layar tersebut terlihat terus memutarkan iklan dipinggir jalan yang sepi.

Gedung-gedung perkantoran Wuhan juga terlihat sepi, beberapa kedai kopi yang selalu ramai di penuhi pengunjung terlihat tutup. Payung besar yang biasa melindungi kursi dan meja para pengunjung dari terik matahari di kedai kopi tersebut terlihat menutup menandakan hari ini sedang tak melayani pengunjung.

"Saya mengecek ke halte bis dan stasiun MRT dan ternyata masih tutup. Toko-toko di sekitar kampus juga masih tutup. Jalanan raya terlihat senggang karena hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang," jelasnya.

Ia pun mengaku tak tahu, harus sampai kapan bertahan di kota sunyi ini, berharap bantuan datang untuk membebaskannya menuju tempat yang lebih aman.

"Hingga saat ini kami masih menunggu kabar terbaru dari pemerintah Indonesia. Dan untuk saat ini, Kami yakin akan ada jalan terbaik dan akan segera bisa pulang ke Indonesia. Kami rindu keluarga kami," tuturnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya