Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AUSTRALIA mulai menghitung kerugian dan kerusakan dari salah satu kebakaran hutan terburuknya yang dipicu gelombang panas kemarin. Terhitung sampai dengan Minggu (5/1) hari ini, korban tewas dilaporkan bertambah menjadi 24 orang dan ratusan bangunan hancur.
Di negara bagian terdampak yang terletak di tenggara Australia, New South Wales (NSW), langit berubah menjadi hitam dan menurunkan hujan abu.
Baca juga: Trump Tidak Takut Ancaman Iran dan Siap Gempur Iran Lagi
"Kami berada di wilayah yang belum dipetakan," terang Menteri Utama negara bagian NSW, Gladys Berejiklian.
"Kami tidak bisa berpura-pura bahwa ini adalah sesuatu yang telah kita alami sebelumnya. Tidak. Beberapa kota kecil yang tidak pernah mengalami ancaman kebakaran hutan kini terancam musnah total," tambahnya.
Tingkat keparahan krisis kebakaran hutan yang melanda area seukuran dua kali lipat negara Belgia, membuat Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan pengerahan militer besar-besaran pada Sabtu (4/1) kemarin. Ia mengumumkan memobilisasi sekitar 3.000 tentara cadangan guna membantu petugas pemadam kebakaran sukarela yang kelelahan.
Namun, dalam kritik publik yang jarang terjadi, Kepala Pemadam Kebakaran NSW Shane Fitzsimmons mengatakan kantor perdana menteri tidak memberitahukan mengenai pengerahan sumber daya tambahan. Justru ia mengaku mengetahuinya dari laporan media.
"Saya kecewa dan frustrasi di tengah salah satu hari terburuk kami, dengan dislokasi besar-besaran dan pergerakan orang. Kami menghabiskan cukup banyak hari kemarin untuk mencari kejelasan," ujar Fitzsimmons.
Adapun pada Minggu (5/1) hari ini, kondisi tampak cenderung lebih ringan termasuk udara yang lebih sejuk serta beberapa curah hujan di negara bagian New South Wales (NSW) dan Victoria yang berdekatan. Namun, sejumlah wilayah lainnya masih berada di bawah ancaman kebakaran yang tak terkendali, khususnya di kota Eden dan sekitarnya.
Di wilayah selatan NSW, Cooma, krisis kebakaran berubah menjadi bencana banjir ketika sebuah menara besar yang menampung 4,5 juta liter air menyapu mobil-mobil dan memenuhi rumah-rumah dengan lumpur.
Baca juga: Trump Targetkan 52 Situs Penting Iran
Sementara itu, di ibu kota Australia, Canberra, kualitas udaranya menjadi yang terburuk di dunia berdasarkan Air Visual pada Minggu (5/1) hari ini. Di beberapa daerah pedesaan, polisi juga tengah berpatroli di jalanan di tengah laporan penjarahan dan pembobolan di sejumlah daerah terdampak kebakaran hutan.
Sebelumnya, Gladys Berejiklian mengumumkan keadaan darurat selama tujuh hari mulai Jumat (3/1). Hal tersebut memungkinkan evakuasi paksa untuk ketiga kalinya di NSW, jelang gelombang panas dahsyat yang diprediksikan melanda wilayah Pantai Selatan Australia mencapai suhu 41 derajat Celcius pada Sabtu (4/1) kemarin. Kondisi tersebut diperkirakan dapat membawa kebakaran dahsyat dan kerusakan parah, sehingga hanya dapat dilakukan evakuasi. (AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved