Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cara Unik Nepal Atasi Sampah di Wilayah Everest

MI
23/10/2019 00:00
Cara Unik Nepal Atasi Sampah di Wilayah Everest
Cara Unik Nepal Atasi Sampah di Wilayah Everest(AFP)

SEKELOMPOK turis meneguk air menggunakan gelas hijau di sebuah hotel bintang lima di ibu kota Nepal, Kathmandu. Mereka tak sadar, gelas tersebut dulunya ialah botol yang dibuang di Gunung Everest.

Di banyak rumah di ibu kota Nepal, barang-barang dari sampah di Gunung Everest kini memang mulai didaur ulang. Ini merupakan bagian dari upaya pemerintah ataupun perusahaan di Nepal untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan pendakian komersial selama bertahun-tahun di Gunung Everest.

Berton-ton sampah yang terdiri atas kaleng kosong, tabung gas, botol, plastik, dan peralatan pendakian lainnya dibuang dan mengotori Gunung Everest. Kondisi tersebut membuat Gunung Everest dijuluki sebagai tempat sampah tertinggi di dunia.

"Sampah tidak perlu disia-siakan. Kami menerima campuran bahan dari Everest seperti aluminium, kaca, plastik, dan besi untuk didaur ulang," ujar salah satu perwakilan organisasi daur ulang Blue Waste to Value (BW2V), Nabin Bikash Maharjan, kepada AFP.

Setelah menuai kritik keras terhadap kondisi Gunung Everest, pemerintah Nepal dan kelompok pendaki gunung pun menyelenggarakan pembersihan selama enam minggu pada tahun ini.

Sebanyak 14 tim pendakian memungut lebih dari 10 ton sampah yang kemudian diterbangkan atau dibawa ke pusat daur ulang di Kathmandu.

Para pekerja kemudian menyortir bahan-bahan secara manual. Tiap-tiap jenis bahan lantas dikirim kembali ke tempat dibuatnya. Misalnya, besi dikirim ke perusahaan manufaktur besi, potongan-potongan kecil kaleng aluminium untuk pembuat perkakas, dan botol-botol yang dibuang lalu didaur ulang menjadi barang-barang rumah tangga.

Ujen Wangmo Lepcha dari Moware Designs, perusahaan yang mengolah sampah menjadi perlengkapan lampu dan gelas-gelas, mengungkapkan bahwa produk-produknya telah digunakan di hotel-hotel berbintang, restoran, dan rumah-rumah di sekitar Khatmandu.

Sementara itu, sebuah fasilitas baru untuk mendaur ulang sampah yang disebut Sagarmatha Next juga tengah dibangun di Syangboche, Khumbu, Nepal.

 

Bayar deposit

Upaya-upaya pemerintah Nepal untuk memerangi pencemaran sampah telah dilakukan sejak lama. Enam tahun lalu, Nepal memberlakukan deposit sampah sebesar $4.000 atau sekitar Rp56 juta per tim pendaki Everest, yang akan dikembalikan jika tiap-tiap pendaki menurunkan setidaknya 8 kilogram sampah. Namun, hanya setengah dari tim yang kembali dengan membawa pulang sampah mereka.

Pada Agustus lalu, pemerintahan kota wilayah Everest mengumumkan akan melarang penggunaan beberapa plastik sekali pakai dan minuman dalam botol plastik pada awal 2020

Komunitas LSM Komite Pengawasan Polusi Sagarmatha bersama BW2V dan lembaga lainnya, baru-baru ini juga meluncurkan kampanye untuk mengangkut sampah ke pusat daur ulang dengan memanfaatkan sekitar 50 ribu pendaki dan pemandu yang mengunjungi wilayah Everest setiap tahun. Tiap-tiap dari mereka diminta membawa satu kilogram sampah ke Lukla, pintu gerbang ke wilayah Everest, untuk didaur ulang. (Melalusa Susthira K/X-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya