Iran Kecam Perampasan Kapal

Tesa Oktiana Surbakti
29/7/2019 23:15
Iran Kecam Perampasan Kapal
Abbas Araghchi(ALEX HALADA / AFP)

KRISIS di kawasan Teluk memanas setelah Iran menyebut tindakan Inggris merampas kapal tanker Iran sebagai pelanggaran atas kesepakatan nuklir pada 2015.

Otoritas Inggris menahan sebuah kapal tanker Iran di perairan Gibraltar, wilayah luar Inggris, pada awal Juli. Kapal itu dituding melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah. Tidak berapa lama, pasukan Pengawal Revolusi Iran balas menyita sebuah kapal tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz.

Kepada wartawan setelah sebuah pertemuan di Wina, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengaitkan keributan kapal tanker dengan perundingan kesepakatan nuklir yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

"Sejak Iran diizinkan mengekspor minyaknya berdasarkan JCPOA, setiap hambatan terhadap ekspor minyak Iran sebenarnya melanggar ketentuan JCPOA," kata Araghchi.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan persoalan ekspor minyak Iran, termasuk hambatan yang digulirkan Amerika Serikat turut dibahas dalam pertemuan. "Saya pikir atmosfernya cukup konstruktif dan diskusi berlangsung kondusif. Akan tetapi, saya tidak bisa katakan bahwa kami berhasil memecahkan seluruh masalah," imbuhnya.

Utusan dari Inggris, Prancis, Jerman, Tiongkok, Rusia, dan Iran memang telah berkumpul untuk melakukan perundingan di Wina, satu bulan setelah pertemuan serupa gagal menciptakan terobosan.

"Para peserta pertemuan menegaskan kembali komitmen mereka yang berkelanjutan untuk menyelamatkan JCPOA," ujar Sekretaris Jenderal Pertemuan Layanan Tindakan Eksternal Eropa, Helga Schmid, yang tidak menampik masih ditemuinya jalan buntu terkait dengan program nuklir Iran.

Dalam pernyataannya, Schmid menuturkan sejumlah proyek nuklir Iran di Arak dan Fordow mendapat dukungan kuat dari negara-negara partisipan. Pertemuan serupa akan diadakan dalam waktu dekat.

Kapal Korsel

Sementara itu, Korea Selatan berencana untuk bergabung dengan pasukan maritim pimpinan Amerika Serikat di Timur Tengah. 'Negeri Ginseng' itu akan mengirimkan unit angkatan laut, mencakup kapal pemburu, yang bertujuan mengawal kapal tanker minyak yang berlayar di Selat Hormuz.

Hal itu dilaporkan surat kabar Korea Selatan, kemarin. Ketegangan antara Iran dan AS kini terus meningkat sejak Washington keluar dari perjanjian nuklir tahun lalu. Pemerintahan Donald Trump juga kembali memberlakukan sanksi kepada Teheran.

Serangan terhadap kapal tanker minyak di Selat Hormuz, lepas pantai Iran, dalam beberapa bulan terakhir, semakin meningkatkan ketegangan. Para pejabat pemerintah AS meminta sekutu untuk bergabung dengan misi keamanan maritim.

Mengutip seorang pejabat senior pemerintah, koran bisnis Makyung melaporkan, Korea Selatan memutuskan untuk mengirim unit antipembajakan Cheonghae, yang beroperasi di perairan lepas Somalia. Kemungkinan pengiriman pasukan disertai sejumlah helikopter.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyatakan pemerintah tengah menjajaki beberapa strategi perlindungan kapal di kawasan tersebut. Namun, belum ada keputusan yang diambil.

"Sudah jelas bahwa kita harus melindungi kapal-kapal yang melintasi Selat Hormuz. Jadi, berbagai opsi sedang dipertimbangkan," ujar wakil juru bicara kementerian, Ro Jae-cheon. (AFP/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya