Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Pengayaan Uranium Iran Lampaui Batas

Tesa Oktiana Surbakti
07/7/2019 23:00
Pengayaan Uranium Iran Lampaui Batas
Presiden Iran, Hassan Rouhani(AFP)

IRAN menyatakan keinginan untuk melanggar batas pengayaan uranium yang ditetapkan perjanjian nuklir 2015. Langkah itu sebagai upaya menekan para pihak yang terlibat dalam kesepakatan, sekaligus menyimpan sisi tawar-menawar mereka.

Langkah menakutkan yang mencakup pemurnian di atas 3,67% sebagaimana ketentuan perjanjian nuklir, telah dikonfirmasi Presiden Iran, Hassan Rouhani, pada Rabu lalu. Sekalipun langkahnya ditentang keras Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

Pada dasarnya, Rouhani membuat ancaman nyata yang semula diisyaratkan Republik Islam pada 8 Mei. Tepat satu tahun setelah Presiden AS, Donald Trump, secara sepihak keluar dari perjanjian multilateral.

Rouhani mengatakan upaya terencana itu merupakan respons terhadap kegagalan penandatanganan dengan sejumlah negara yang tersisa. Dalam hal ini, terkait dengan janji mereka untuk membantu Iran lepas dari sanksi yang kembali diberlakukan AS pada paruh kedua 2018.

Belum jelas seberapa besar pengayaan uranium yang ditingkatkan Iran. Namun, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengisyaratkan besarannya bisa mencapai 5%.

"Pengayaan uranium akan meningkat sesuai kebutuhan, sejalan dengan upaya damai kami," ujar penasihat urusan internasional untuk Khamenei, Ali Akbar Velayati.

"Untuk reaktor nuklir Bushehr, kami membutuhkan pengayaan sekitar 5%. Itu ialah tujuan yang sepenuhnya damai," imbuhnya.

Bushehr merupakan satu-satunya stasiun tenaga nuklir Iran. Teknologi itu beroperasi dengan pasokan bahan bakar impor dari Rusia, yang dipantau secara ketat oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB.

Rouhani menekankan langkah Iran bisa dibatalkan, jika pihak lain memberikan bantuan untuk lepas dari sanksi AS. Dia menegaskan kebijakan negaranya tidak bermaksud untuk merusak kesepakatan, tetapi untuk mempertahankannya.

 

Meningkatkan ketegangan

Sementara itu, Prancis memperingatkan Teheran bahwa mereka tidak akan meraih sesuatu jika meninggalkan kesepakatan. Menentang perjanjian dinilai akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Iran kembali menegaskan pihaknya tidak melanggar perjanjian nuklir 2015. Mereka menyoroti ketentuan perjanjian yang memungkinkan satu pihak untuk mengingkari komitmen sementara waktu. Itu dengan catatan pihak lain tidak menghargai bagian dari perjanjian tersebut.

Para pimpinan diplomatik Inggris, Prancis, Jerman, dan Uni Eropa menyatakan keprihatinan atas nasib perjanjian nuklir. Melalui panggilan telepon dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Rouhani menekankan sikap Iran bahwa sanksi AS harus dicabut.

Kantor berita IRNA juga melaporkan Teheran segera mengadakan konferensi pers pada Minggu waktu setempat, untuk menandai keputusan baru terkait dengan pengurangan komitmen dalam perjanjian nuklir.

Iran mengumumkan tidak akan menghormati dua batasan utama, yakni maksimal 1,3 ton untuk cadangan air berat dan batasan 300 kilogram (kg) untuk cadangan uranium yang diperkaya rendah. IAEA mengonfirmasi bahwa Iran melanggar batas 300 kg. Mereka menjadwalkan pertemuan khusus terkait dengan program nuklir Iran pada 10 Juli. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik