Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEJUMLAH 30 imigran asal Venezuela dinyatakan hilang, setelah kapal cepat yang ditumpangi, tenggelam dalam perjalanan menuju Curacao.
Hal itu diungkapkan seorang anggota parlemen oposisi, Luis Stefanelli, pada Selasa (11/6) waktu setempat. Kapal cepat berangkat dari Desa Aguide di Falcon, negara bagian Venezula, pada Jumat lalu. Adapun jumlah penumpang diperkirakan 30-35 orang.
"Tidak ada yang menghubungi keluarga imigran. Itu membuat kami takut akan kemungkinan terburuk," ujar Stefanelli.
Sejauh ini, otoritas berwenang belum memberikan tanggapan mengenai insiden tersebut. Seorang penjaga pantai di Pulau Karibia menemukan jasad seorang pria, yang mengenakan jaket penyelamat di sekitar Teluk Bullenbaai, Curacao. Namun, masih belum jelas apakah pria tersebut merupakan salah satu penumpang kapal cepat.
Ini merupakan kasus ketiga kapal pembawa imigran yang tenggelam. Sejak bulan lalu, total 80 orang imigran dinyatakan hilang. Dua kapal sebelumnya bertujuan ke Trinidad dan Tobago.
Baca juga: Paus Sebut Ketakukan pada Imigran Membuat jadi Sinting
Anggota parlemen oposisi lainnya, Robert Alcala, mengatakan sekitar 29 orang ada dalam peristiwa tenggelamnya kapal pada 19 Mei lalu. Kecelakaan terjadi dalam perjalanan menuju Trinidad dan Tobago, dari barat laut Venezuela. Selain itu, Alcala melaporkan sebuah kapal yang membawa 33 orang imigran juga tenggelam pada 25 April. Hanya 9 orang imigran berhasil diselamatkan.
"Mereka (para imigran) adalah orang-orang yang putus asa, sehingga rela menjual seluruh barang. Mereka pergi tanpa membawa apapun," tukas Stefanelli kepada AFP.
Berdasarkan penuturan keluarga korban, setiap imigran membayar US$400 untuk melintas. Padahal, upah minimum di Venezuela hanya berkisar US$6,50 per bulan akibat hiperinflasi. Negara Amerika Latin mengalami krisis ekonomi dan politik berkepanjangan. Rakyat Venezuela menderita karena kekurangan suplai bahan pokok, seperti makanan dan obat-obatan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan seperempat dari 30 juta penduduk Venezuela membutuhkan bantuan kemanusiaan. Pekan lalu, PBB menyebut lebih dari 3,3 juta orang telah meninggalkan Venezuela dalam tiga tahun terakhir. Di lain sisi, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza menuding PBB sengaja menggembungkan data yang dirilis.(AFP/OL-5)
Hakim federal di Texas menyatakan Donald Trump menyalahgunakan Undang-Undang Musuh Asing untuk mendeportasi migran Venezuela yang diduga terkait geng.
Mahkamah Agung Amerika Serikat izinkan pemerintahan Donald Trump mencabut perlindungan deportasi bagi warga Venezuela.
Mahkamah Agung Amerika Serikat memerintahkan penghentian sementara deportasi sekelompok warga Venezuela yang dituduh sebagai anggota geng oleh pemerintahan Trump.
Presiden Amerika Serikat AS Donald Trump pada Senin (24/3) menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif terhadap negara-negara pengimpor minyak Venezuela.
Pemerintahan Trump akan mencabut status hukum lebih dari 500.000 migran dari Kuba, Haiti, Nikaragua, dan Venezuela yang dilindungi program pembebasan bersyarat era Biden.
Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, mengecam deportasi lebih dari 200 migran Venezuela ke penjara mega di El Salvador, menyebutnya sebagai "penculikan."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved