Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Perang Dagang Berpotensi Gerus Keuntungan Maskapai Penerbangan

Tesa Oktiana Surbakti
02/6/2019 21:15
Perang Dagang Berpotensi Gerus Keuntungan Maskapai Penerbangan
Kepala Eksekutif IATA, Alexandre de Juniac.( (Photo by Jung Yeon-je / AFP))

MEMANASNYA perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta kenaikan harga bahan bakar, dikhawatirkan bisa menggerus keuntungan maskapai penerbangan sepanjang 2019. Hal itu ditekankan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA).

Peringatan tersebut mengemuka dalam pertemuan tahunan maskapai global di Seoul, Korea Selatan. Pertemuan IATA tahun ini mencakup 290 maskapai penerbangan, yang mewakili 82% lalu lintas udara global. Proyeksi laba bersih kolektif periode 2019 sebesar 28 miliar dolar AS, turun dari perkiraan awal 35,5 miliar dolar AS.

Prospek suram industri kedirgantaraan dipengaruhi kenaikan biaya berbagai aspek, termasuk tenaga kerja, bahan bakar dan infrastruktur. IATA lantas menyoroti perang dagang antara dua ekonomi raksasa global, yang menimbulkan dampak negatif.

"Melemahnya perdagangan global kemungkinan akan berlanjut, ketika perang dagang AS-Tiongkok meningkat," jelas Kepala Eksekutif IATA, Alexandre de Juniac.

Baca juga: Kecemasan Perang Dagang Mereda, IHSG Berpotensi Menguat

"Dalam hal ini, tentu berdampak pada bisnis kargo. Tidak menutup kemungkinan lalu lintas penumpang juga bisa terdampak," imbuhnya.

Sejak tahun lalu, Washington dan Beijing terkunci dalam perang dagang. Kedua negara saling melempar serangan tarif atas komoditas bernilai ratusan miliar dolar. Pasar global pun terguncang. Banyak industri manufaktur di Asia yang terpukul, karena bergantung pada kinerja ekspor.

Kepala ekonom IATA, Brian Pearce, memperkirakan lalu lintas kargo udara tahun ini tidak akan mencapai pertumbuhan terbaik. Pearce menyoroti dampak perang tarif yang bergulir sejak paruh pertama 2018. "Wilayah Asia-Pasifik yang berkontribusi sekitar 40% terhadap pergerakan kargo udara global, jelas berada di bawah tekanan," pungkas Pearce.

"Kargo merupakan fitur penting. Sehingga, lemahnya perdagangan dan risiko sekitar perdagangan, akan menekan profitabilitas di wilayah ini," lanjutnya.

Adapun Pearce menggambarkan kawasan Asia-Pasifik sebagai wilayah yang beragam. Negara-negara Asia, terutama India dan Tiongkok, berpotensi memimpin pertumbuhan global sekitar 5% dalam bisnis aviasi. Dia tidak menyampingkan kemungkinan resesi industri, namun peningkatan permintaan perjalanan udara bisa menepis hal tersebut. "Jadi, sepertinya tidak akan terjadi pada 2019," ucap Pearce. (AFP/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik