Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Arsitek terkemuka asal Negeri Paman Sam, I.M Pei, menghembuskan napas terakhir pada usia 102 tahun di New York. Pei berhasil mencetak merek dagang dari desain bangunan modern dengan garis dan struktur yang mencolok.
Tangan dingin Pei tecermin pada bangunan Piramida Louvre di Paris yang ikonik, hingga menara Bank of China yang tersohor di Hong Kong. Pria kelahiran Tiongkok itu merupakan perancang di balik sejumlah karya yang merangkul modernitas berlandaskan sejarah.
Mengutip pernyataan putra Pei, Li Chung, surat kabar The New York Times menyatakan sang arsitek meninggal pada Kamis subuh waktu setempat.
"Sejumlah arsitek kontemporer cenderung memaksakan modernitas pada suatu karya. Meski ada kepedulian terhadap sejarah, umumnya tidak terlalu dalam," ujar Pei, dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada 2008.
"Saya memahami bahwa zaman telah berubah, manusia telah berevolusi. Tetapi, saya tidak ingin melupakan permulaan. Arsitektur abadi semestinya memiliki akar," lanjutnya.
Pentingnya memasukkan unsur sejarah dallam setiap karyanya ditunjukkan Pei saat dia ditugaskan untuk merancang Museum Seni Islam di Doha, Qatar, yang dibuka untuk publik pada 2008. Bangunan bernuansa gurun itu, terinspirasi Masjid Ahmad bin Tulun abad ke-13 di Kairo, menggabungkan pola geometris dan diterangi cahaya yang dipantulkan dari atas. Untuk membuat karyanya ini, Pei harus menghabiskan waktu berbulan-bulan mengelilingi sejumlah negara Islam untuk mencari inspirasi.
"Islam merupakan salah satu agama yang kurang saya pahami. Jadi, saya mempelajari kehidupan Nabi Muhammad, kemudian pergi ke Mesir dan Tunisia," tutur Pei kepada Times.
Putra bankir Leoh Ming Pei itu merantau ke AS pada usia 17 tahun, untuk menimba ilmu arsitektur. Dia menerima gelar sarjana dari Massachusetts Institut Teknologi pada 1940. Kemudian, Pei melanjutkan pendidikan di Harvard University's Graduate School of Design, demi mendapatkan gelar master di bidang arsitektur. Pada 1954, dia resmi menjadi warga negara AS melalui naturalisasi.
Dari hampir 50 desainnya di Amerika Serikat (AS) dan berbagai belahan dunia, lebih dari setengahnya memenangkan sejumlah penghargaan utama, termasuk penghargaan Pritzker pada 1983, yang dianggap sebagai Nobel di bidang arsitektur.
Pada era 80-an, Presiden Prancis, Francois Mitterrand, sangat terkesan dengan karya Pei. Dia pun meminta Pei untuk membangun piramida kaca di halaman Louvre, museum yang paling banyak dikunjungi di dunia. Proyek tersebut sangat kontroversial karena banyak orang menganggap struktur futuristik tersebut terlihat berbeda di depan Museum Louvre dengan arsitekturnya yang klasik. Beberapa orang menuduh Mitterand mengidap penyakit "Firaun kompleks". Sementara yang lainnya bangga atas gaya arsitekturnya yang kontras sebagai penggabungan berhasil antara bangunan lama dan baru, klasik, dan ultra-modern. Karya itu sekarang bahkan menjadi ikon ibu kota Prancis.
Proyek Pei yang terkenal dan berkarakter lainnya ialah Hall of Fame, berikut Museum Rock and Roll di Cleveland. Selain itu, terdapat Miho Museum of Shigo di Jepang, Pusat Simfoni Morton Meyerson di Dallas dan Perpustakaan John F. Kennedy di Boston. Dia pun berhasil membawa unsur dramatis dalam pembangunan Hotel Four Seasons di Manhattan dan Raffles City di Singapura.
Pei mendedikasikan keahilannya untuk mendukung seni dan pendidikan, melayani komite kunjungan di Museum Seni Metropolitan di New York, Harvard dan MIT, serta terlibat dalam berbagai panel pemerintah AS, seperti Dewan Nasional untuk Kemanusiaan dan Dewan Nasional Seni.
Pei pun menghibahkan hadiah sebesar US$100 ribu dari Penghargaan Arsitektur Pritzker untuk program beasiswa bagi pelajar Tiongkok untuk dapat mempelajari karya seni di AS. Namun, mereka harus kembali ke Tanah Air untuk berkontribusi dalam pembangunan.(AFP/A-3)
Kunjungan ini menjadi jembatan penting antara dunia akademik dan praktik profesional.
Jadi terhadap sumber daya yang digunakan dan juga berorientasi pada siklus hidup serta menerapkan disain pasif maupun disain aktif.
Dengan tema “Connecting The Archipelago”, Urbahn mempresentasikan karya yang menggambarkan Indonesia sebagai inspirasi, bukan sekadar lokasi.
Di Indonesia hanya ada 5.910 arsitek yang memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA).
CAS (Contractor Art Space), sebuah perusahaan arsitek, kontraktor dan interior dari Indonesia, baru-baru ini melakukan kunjungan ke Suikoushya, workshop carpentry di Kyoto, Jepang.
Paradise Indonesia memahami mal tak lagi hanya pada deretan toko-toko ritel, tetapi juga pada bagaimana sebuah mal dapat menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved