Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
KANTOR Kepresidenan Sri Lanka kemarin menyatakan negara itu kini dalam kondisi keadaan darurat yang 'terbatas hanya untuk upaya melawan aksi-aksi terorisme'.Hal itu terjadi setelah munculnya serangan bom bunuh diri di sejumlah hotel mewah dan gereja di negara tersebut.
Di antara ratusan korban tewas, terdapat sedikitnya 37 korban warga asing dari India, Inggris, Turki, Australia, Jepang, Portugal, dan seorang pemegang dwikewarganegaraan Inggris dan Amerika Serikat.
Serangan itu juga mengundang kutukan dari para pemimpin dunia, termasuk Paus Fransiskus dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump."Kondisi darurat diberlakukan untuk memungkinkan kepolisian dan militer menjamin keamanan masyarakat," demikian pernyataan dari kantor tersebut.
Baca Juga: Bom Mobil Meledak di Dekat Gereja Sri Lanka
Ditambahkan bahwa Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena akan segera bertemu dengan para diplomat di ibu kota negara itu, Kolombo. Pembicaraan mereka akan berkaitan dengan upaya Sri Lanka meminta bantuan internasional dalam menyelidiki serangan teror yang terjadi pada Minggu (21/4) tersebut.
"Badan intelijen telah melaporkan soal adanya kelompok teror internasional yang membantu teroris lokal. Kami akan meminta bantuan internasional untuk memerangi mereka," ungkap kantor tersebut.Kementerian Informasi Sri Lanka menyebut jam malam juga akan diberlakukan kembali.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memperingatkan soal kemungkinan serangan berikutnya. Warga AS diminta waspada dan dikatakan bahwa 'kelompok-kelompok teroris terus merencanakan serangan lagi di Sri Lanka'.
Kepolisian internasional atau Interpol kini telah menerjunkan satu tim investigator ke Sri Lanka, termasuk beberapa pakar di bidang identifikasi korban bencana dan penyelidikan kejahatan untuk membantu otoritas setempat.
"Kami akan terus membantu apa pun yang dibutuhkan oleh pemerintah Sri Lanka," ungkap Sekretaris Jenderal Interpol Juergen Stock.
Kenangan menyedihkan
Bagi banyak warga Sri Lanka, aksi teror bom itu memunculkan kenangan yang menyedihkan di saat negara itu berada dalam perang sipil antara pemerintah dan pemberontak Tamil beberapa tahun lalu. Berbagai serangan bom merupakan hal biasa ketika itu.
"Saya jadi teringat waktu dulu banyak serangan bom terjadi. Kami waktu itu sampai takut untuk naik bus atau kereta api," ungkap seorang warga Kolombo, Malathi Wickrama.
Sementara itu, korban yang selamat dari aksi bom mengaku masih trauma. Janaka Shaktivel, 28, misalnya, duduk termenung di luar kamar jenazah sambil menunggu jasad istrinya dikembalikan untuk dimakamkan.
Terdapat 18 jenazah yang sudah dikembalikan sejauh ini setelah keluarga mereka mengenalinya."Saya mengenali jenazahnya dari cincin kawin yang selalu dipakainya. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi," ujar Shaktivel.
Remaja bernama Primasha Fernando, 16, merasa sedih jika teringat kawan-kawannya yang menjadi korban di Kota Negombo. Dia tengah berada di rumah saat serangan terjadi."Saya segera pergi ke Gereja St Sebastian dan melihat banyak korban bergelimpangan. Orang-orang menangis dan menjerit-jerit," ujarnya. (AFP/X-11)
PAKAR terorisme Solahudin menyebut Indonesia saat ini berada di era terbaik dalam penanganan terorisme berkat strategi kolaboratif antara soft approach dan hard approach.
BNPT menyebut seorang perempuan yang sejatinya memiliki nilai keibuan, justru secara sengaja atau tidak sengaja menjadi aktor penting di dalam berbagai peristiwa atau aktivitas terorisme.
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
GURU Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Mirra Noor Milla menyatakan Indonesia berhasil menekan aksi terorisme dengan mencatatkan nol serangan dalam dua tahun terakhir.
Insiden mengerikan terjadi saat perayaan kemenangan Liverpool di Liga Premier Inggris. Ketika sebuah mobil menabrak supporter
Jerman enggan mengkritisi Israel karena tanggung jawab sejarah. Namun, ia mengaku tak bisa lagi memahami tujuan Zionis di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved