Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PEMERINTAH telah menetapkan bahwa sekolah yang berada di zona hijau akan dibuka secara bertahap. Pada Senin (15/6) saat pengumuman itu diwartakan, setidaknya ada 6% atau 85 kabupaten/kota yang berada di zona tersebut. Sementara itu, terkait dengan sekolah yang ada di zona merah, oranye, dan kuning (94%/429 kab dan kota), pemerintah melarang satuan pendidikan untuk melakukan pembelajaran tatap muka dan tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Pembukaan sekolah di zona hijau yang akan dilakukan pada Juli 2020 ini berprinsip pada kesehatan dan keselamatan peserta didik, guru, dan juga keluarga. Dengan demikian, sekolah wajib menyiapkan aturan serta sarana dan prasana kesehatan.
Dalam pembukaan sekolah secara bertahap ini, ada empat syarat yang harus dipenuhi. Syarat utama ialah sekolah harus berada di zona hijau. Kedua, harus ada izin pemerintah daerah atau kantor wilayah/kantor Kementerian Agama. Ketiga, satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa dan siap melakukan pembelajaran tatap muka. Keempat, orangtua atau wali murid menyetujui putra-putri mereka melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. Jika salah satu dari empat syarat tersebut tidak terpenuhi, peserta didik tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka dan terus melanjutkan belajar dari rumah secara penuh.
Di sisi lain, terkait dengan rencana pemerintah ini, beberapa hasil survei terkait dengan kebijakan belajar dari rumah muncul dan amat mungkin jika dijadikan sebagai pertimbangan. Yang pertama ialah survei dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Berdasarkan survei yang dilakukan pada 6-8 Juni ini, mayoritas responden keberatan sekolah dibuka kembali. Sebanyak 55,1% responden mengatakan sekolah belum memenuhi kebutuhan pokok dalam menghadapi kenormalan baru. Salah satu kendala terberatnya ialah pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan. Mereka tidak yakin dapat memenuhi segala kebutuhan tersebut dalam sebulan.
Dalam survei berbeda yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), para orangtua juga rupanya cemas jika anak mereka kembali ke sekolah pada tahun ajaran baru. Dalam hasil survei itu, 85,5% orangtua keberatan anak mereka kembali ke sekolah. Namun, 65% responden anak justru berharap dapat bersekolah kembali. Menurut Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi, hal itu dapat dipahami karena anak sudah terlalu lama tinggal di rumah, ada kejenuhan dan rindu suasana sekolah.
Baca Juga: Penyelenggaraan Pembelajaraan di Masa Pandemi Covid-19
Hasil serupa juga terungkap dalam survei yang dilakukan United Nations Children's Fund (Unicef). Dalam survei yang dilakukan pada 18 hingga 29 Mei 2020 dan 5 hingga 8 Juni 2020 terhadap 4.000-an siswa di 34 provinsi ini, 66% siswa merasa tidak nyaman belajar dari rumah dan 87% mengatakan mereka ingin segera kembali ke sekolah. Akan tetapi, ketika ditanya kapan waktu terbaik untuk kembali belajar di sekolah, 50% responden menyatakan waktu yang tepat ialah saat kasus covid-19 menurun.
Di sisi lain, tantangan utama mereka untuk belajar dari rumah juga tak sepele, apalagi jika pembelajaran jarak jauh berlanjut. Setidaknya 38% siswa mengatakan kekurangan bimbingan guru, 35% menyebutkan akses internet buruk, dan jika PJJ berlanjut, 62% siswa mengatakan mereka membutuhkan bantuan untuk kuota internet.
Ubah data rumit jadi visual menarik! Infografis: solusi jitu sajikan informasi padat, mudah dicerna, dan memikat audiens.
Infografis: Visualisasikan data kompleks jadi cerita menarik! Pelajari cara efektif menyampaikan informasi lewat infografis yang memukau.
Berbagai pencapaian serta program-program kemanusiaan telah ditorehkan oleh Kementerian Agama
NASIB RUU tentang Pelindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) kembali digantung.
Kredit Usaha Rakyat untuk Produktivitas Masyarakat dan Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Tiga mesin ekonomi harus bergerak bersama dan berkesinambungan
Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) bukan masa perpeloncoan atau masa senioritas
Sementara itu Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Widawaty, menjelaskan bahwa kini sekolah yang dipimpinnya hanya memiliki 18 siswa aktif.
Data 2024 menunjukkan angka partisipasi sekolah (APS) untuk usia 16–18 tahun di Banten baru mencapai 71,91%, masih di bawah rata-rata nasional.
Dengan peningkatan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat terus meningkatkan angka partisipasi sekolah.
Usaha pencegahan anak putus sekolah semestinya dilakukan dengan memperhatikan sejumlah aturan yang ada dan memperhatikan efektivitas pada kondisi belajar anak dan kondisi kerja guru.
GUBERNUR Jawa Barat (Jabar) Dedy Mulyadi mengeluarkan keputusan yakni memperbolehkan jumlah siswa dalam satu kelas mencapai hingga 50 siswa. Itu menuai respons dari kepala sekolah
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved