Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Sejarah dan Filosofi Kebo "Bule" Kyai Slamet pada Malam 1 Suro di Surakarta

 Gana Buana
25/6/2025 17:04
Sejarah dan Filosofi Kebo
Tradisi kirab Kerbau Bule di Kraton Surakarta(Antara)

MALAM Satu Suro adalah salah satu malam yang paling sakral dalam kalender Jawa. Setiap tahun, masyarakat Jawa merayakan malam ini dengan berbagai tradisi dan ritual, salah satunya adalah kirab kerbau bule yang dikenal dengan nama Kebo Kyai Slamet.

Tradisi ini menjadi bagian penting dari budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa, khususnya di Surakarta. Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang makna kerbau bule dalam Malam Satu Suro, sejarahnya, serta kaitannya dengan kalender Jawa dan simbolisme yang ada di baliknya.

Apa itu Malam Satu Suro?

Malam Satu Suro adalah malam pertama dalam tahun baru menurut kalender Jawa, yang bertepatan dengan bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Bagi masyarakat Jawa, malam ini merupakan waktu yang sangat penting untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan kesejahteraan.

Banyak tradisi dan ritual dilakukan pada malam ini, termasuk kirab pusaka di Keraton Surakarta yang melibatkan kerbau bule, Kebo Kyai Slamet.

Sejarah Kerbau Bule: Kebo Kyai Slamet

Kebo Kyai Slamet, yang juga dikenal sebagai kerbau bule, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1742. Kerbau ini merupakan hadiah dari Kyai Hasan Besari Tegalsari dari Ponorogo kepada Paku Buwono II setelah berhasil merebut kembali Keraton Kartasura.

Kerbau tersebut dianggap sebagai simbol kemenangan dan keberkahan. Seiring waktu, Kebo Kyai Slamet menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Keraton Surakarta, terutama dalam perayaan Malam Satu Suro.

Kebo Kyai Slamet bukan hanya sebuah hewan, tetapi juga dianggap sebagai penjaga pusaka kerajaan yang bernama Kyai Slamet. Pusaka tersebut memiliki nilai spiritual tinggi dan tidak pernah dipublikasikan kepada publik, menjadikannya simbol kedalaman budaya Jawa.

Simbolisme Kebo Kyai Slamet dalam Malam Satu Suro

Pada Malam Satu Suro, Kebo Kyai Slamet berperan sebagai cucuk lampah, yakni pengawal dalam kirab pusaka yang dimulai dari Kamandungan menuju titik-titik tertentu di kota Surakarta.

Kehadiran kerbau bule ini melambangkan harapan masyarakat agar mereka diberikan keselamatan dan kesejahteraan baik di dunia maupun akhirat. Kerbau, yang dikenal sebagai simbol kekuatan petani dalam mengolah tanah, menggambarkan pentingnya ketahanan pangan dalam kehidupan manusia.

Kepercayaan Masyarakat terhadap Kebo Kyai Slamet

Selain makna simbolisnya, Kebo Kyai Slamet juga dipercaya memiliki kekuatan magis oleh sebagian masyarakat. Banyak orang yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti kirab ini dan bahkan berlomba-lomba untuk mendapatkan kotoran kerbau tersebut sebagai jimat tolak bala.

Meski begitu, pihak Keraton Surakarta menegaskan bahwa kehadiran Kebo Kyai Slamet dalam kirab ini lebih mengarah pada simbol harapan dan doa untuk keselamatan serta kesejahteraan masyarakat, bukan sebagai objek mistis.

Kalender Jawa dan Tradisi Malam Satu Suro

Perayaan Malam Satu Suro sangat erat kaitannya dengan sistem kalender Jawa. Kalender Jawa memiliki siklus tahunan yang diatur oleh bulan dan pergerakan bintang, yang sangat dihargai dalam budaya masyarakat Jawa. Malam Satu Suro adalah malam pertama dalam tahun baru kalender Jawa, yang dikenal sebagai awal dari siklus kehidupan baru.

Oleh karena itu, malam ini memiliki makna spiritual yang sangat mendalam, bukan hanya sebagai perayaan tetapi juga sebagai kesempatan untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari Tuhan.

Keterkaitan dengan Kerbau Bule

Kerbau Bule, atau Kebo Kyai Slamet, adalah simbol kekuatan, ketahanan, dan keberkahan dalam tradisi Jawa. Kehadirannya dalam Malam Satu Suro memiliki makna sebagai harapan agar masyarakat diberikan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup dan kesulitan.

Melalui kirab kerbau bule ini, masyarakat Jawa diajarkan untuk menjaga hubungan baik dengan alam, serta menghargai pentingnya keseimbangan hidup.

Kesimpulan

Malam Satu Suro, dengan segala tradisi yang menyertainya, adalah waktu yang penuh makna bagi masyarakat Jawa. Kehadiran Kebo Kyai Slamet dalam kirab malam tersebut bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan simbol harapan dan doa untuk keselamatan, kesejahteraan, serta kelangsungan hidup yang lebih baik.

Dengan memahami makna mendalam dari tradisi ini, kita dapat lebih menghargai dan merayakan kebudayaan yang ada dalam kalender Jawa, serta memperkuat ikatan spiritual dengan alam semesta. (Antara/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya