Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
FENOMENA brain rot saat ini mendapatkan perhatian besar dalam dunia kesehatan mental, seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial dan konten digital yang langsung.
Istilah ini sering dipakai untuk menjelaskan penurunan kemampuan otak dalam berpikir, berkonsentrasi, dan mengingat informasi karena terlalu banyak terpapar konten singkat dan impulsif.
Berdasarkan informasi dari Alodokter, brain rot bukanlah istilah resmi dalam dunia medis, tetapi menggambarkan kondisi nyata yang dialami oleh masyarakat saat ini.
Kebiasaan untuk menggulir media sosial tanpa henti, mengambil informasi secara cepat, serta berpindah-pindah antar aplikasi dalam waktu sekejap dapat membuat otak menjadi kurang terstimulasi untuk berpikir lebih mendalam.
Kondisi ini ditandai dengan berbagai gejala yang berdampak pada fungsi kognitif dan emosional.
Penelitian dari University of California, San Francisco (UCSF) dalam Scientific Reports menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengganggu fungsi korteks prefrontal—bagian otak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pengendalian impuls.
Gangguan di area ini membuat otak kesulitan dalam menjalankan fungsi eksekutif seperti perencanaan dan pengaturan emosi.
Remaja dan orang dewasa muda adalah kelompok yang paling rentan, karena mereka menggunakan media sosial dalam intensitas yang tinggi.
Penggunaan harian yang bisa mencapai 7 hingga 10 jam, terutama dengan konten singkat seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts, mempercepat penyesuaian otak dengan pola pikir instan.
Jenis konten ini mendorong otak untuk terus mencari rangsangan baru secara cepat, sehingga menurunkan toleransi terhadap proses berpikir yang membutuhkan waktu dan ketekunan.
Untuk mengurangi risiko brain rot, beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Meskipun tidak diakui secara medis, brain rot mencerminkan kondisi yang sangat relevan dengan pola hidup saat ini. Jika tidak ada kontrol yang baik terhadap konsumsi digital, otak bisa kehilangan kemampuannya untuk berpikir dengan tajam, sabar, dan menyeluruh.
Upaya pencegahan perlu dilakukan sejak awal, agar kesehatan otak tetap terjaga dan fungsi kognitif tidak memburuk akibat gaya hidup yang serba instan.
Sumber: Alodokter, Montag, C. et al. (2023). Social Media Use and Executive Functions: Evidence from Neuroimaging Studies, Scientific Reports, University of California San Francisco.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved