Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BUKU “Karena Perempuan, Aku Di-Cancel" karya Mila Muzakkar resmi diluncurkan dan didiskusikan di Ruang Teater Fakultas A, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, pada Jumat (16/5). Buku ini memuat 16 puisi esai yang membongkar kisah-kisah menyayat hati dari perempuan yang selama ini kerap disisihkan dari ruang percakapan publik.
Dengan keberanian dan kejujuran, Mila mengangkat tema-tema yang masih dianggap tabu, mulai dari darah menstruasi yang dianggap najis, pekerja seks komersial yang membawa anak saat melayani tamu, kekerasan seksual terhadap perempuan bercadar, diskriminasi terhadap pengemudi ojek online perempuan, hingga kisah perempuan korban terorisme.
Dalam pemaparannya, penulis menyampaikan bahwa kisah nyata perempuan yang masih tabu dibicarakan justru harus dibeberkan ke publik dengan berbagai cara. "Saya memilih menyuarakan luka dan perjuangan perempuan itu lewat puisi esai karena puisi esai mampu menggabungkan keindahan bahasa dengan kedalaman luka," kata Mila Muzakkar dalam keterangan yang diterima, Jumat (16/5).
Diskusi buku ini turut menghadirkan Prof. Nina Nurmila, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UIII sekaligus Guru Besar Gender dan Studi Islam UIN Bandung. Ia menyampaikan apresiasinya atas pendekatan feminist writing yang diambil oleh Mila. Satu per satu tema dalam buku itu dikupas, termasuk tentang perempuan yang merayakan perceraiannya.
"Dalam penelitian yang pernah saya lakukan tentang poligami, rata-rata perempuan akhirnya pasrah dipoligami karena ketakutan pada dogma agama. Misalnya, kalau bercerai, maka tidak akan mencium bau surga", jelas Nina.
Diskusi yang dipandu oleh dosen UIII, Zezen Zaenal Muttaqin, juga memunculkan refleksi menarik. Zezen menilai bahwa di Indonesia, kesetaraan gender masih jauh lebih baik dibanding di negara ketiga lainnya.
Ia mencontohkan salah satu mahasiswinya dari Afghanistan yang merasa merdeka ketika dibolehkan mengendarai sepeda, di mana hal itu mustahil di negaranya.
Artificial Intelegence (AI)
Menariknya, beberapa tulisan dalam buku ini ditulis dengan hasil asistensi Artificial Intelegence (AI). "Selain untuk efektifitas, saya memilih memanfaatkan AI untuk mempersonalisasi kisah yang saya tulis, sekaligus melatih AI untuk memahami perspektif dan diksi-diksi feminis." Jelas Mila.
Salah satu peserta menyampaikan testimoni bahwa tulisan-tulisan yang Penulis sebar ke berbagai grup Whatsapp itu menuai banyak respons positif. "Saya sebar tulisan Mbak Mila ke berbagai grup Whatsapp, salah satunya ke Komunitas korban teroris JW. Marriot. Mereka menangis, dan berterima kasih kepada Mbak Mila karena sudah menuliskan ini. Ada juga yang tergerak untuk menyumbang ke salah satu tokoh yang diceritakan dalam tulisan tersebut."
Acara ini diselenggarakan oleh Denny JA Foundation bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan UIII. Acara ini menjadi ruang penting untuk membuka dialog tentang pengalaman perempuan yang selama ini dibungkam, sekaligus merayakan keberanian untuk bersuara melalui karya sastra. (P-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved