Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PAPUA masih menjadi wilayah dengan beban malaria tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2024, provinsi ini menyumbang sekitar 88 persen dari total kasus malaria nasional. Kondisi ini mendorong Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan teknologi diagnostik malaria berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai langkah inovatif mendukung eliminasi penyakit tersebut.
Menurut Puji Budi Setia Asih, Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman BRIN, malaria masih menjadi tantangan serius di sektor kesehatan Indonesia. Ia menyoroti keterbatasan fasilitas pemeriksaan yang cepat dan akurat di tingkat Puskesmas, yang menjadi kendala dalam upaya penanganan efektif penyakit ini.
“Saat ini, diagnosis malaria masih mengandalkan mikroskop dan rapid diagnostic test (RDT),” jelas Puji. “Dengan dukungan AI, diagnosis mikroskopis akan menjadi lebih akurat dan sensitif, sehingga mempercepat deteksi dini dan pengobatan tepat sasaran, terutama di daerah terpencil.”
Pengembangan sistem ini merupakan kolaborasi antara Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman dan Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN. Teknologi tersebut dirancang untuk menganalisis citra mikroskopis darah tipis dan tebal guna mendeteksi keberadaan parasit malaria secara otomatis. Data pelatihan sistem AI berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, memungkinkan pengenalan berbagai spesies Plasmodium secara akurat.
Namun, Puji mengungkapkan tantangan besar dalam proses ini, yaitu ketiadaan standar pewarnaan gambar yang konsisten untuk analisis AI. Hal ini membuat pengembangan algoritma memerlukan penyesuaian ekstra. Selain itu, AI juga diharapkan bisa dikombinasikan dengan teknologi drone untuk mengidentifikasi habitat nyamuk Anopheles, vektor utama malaria, guna mendukung tindakan pengendalian larva secara cepat di lapangan.
“Larva source management berbasis AI akan sangat mendukung efektivitas program pengendalian malaria di Indonesia,” katanya.
Tak hanya dalam diagnosis dan pemetaan lokasi vektor, AI juga dapat digunakan untuk menganalisis morfologi nyamuk dan mengidentifikasi jenis yang berperan sebagai vektor malaria. Meski begitu, verifikasi hasil analisis tetap akan dilanjutkan melalui uji laboratorium basah (wet lab).
Sementara itu, Kepala PRKAKS BRIN, Anto Satriyo Nugroho, menambahkan bahwa sistem AI yang dikembangkan memiliki kemampuan ekstraksi fitur morfo-geometris, sehingga dapat mengenali ukuran dan bentuk sel darah yang terinfeksi parasit malaria.
“Tantangan utamanya adalah variasi morfologi parasit malaria selama siklus hidupnya, yang membuat proses diagnosis tidak sederhana,” ungkap Anto. Meski demikian, ia optimistis bahwa dengan riset yang berkelanjutan, sistem ini akan menjadi alat diagnosis penting untuk mendukung target eliminasi malaria nasional pada 2030.
BRIN juga menjalin kerja sama strategis dengan berbagai institusi nasional maupun internasional seperti universitas, lembaga penelitian, hingga organisasi global seperti WHO dan UNICEF. Sinergi ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan teknologi inovatif guna menekan penyebaran malaria di Indonesia, khususnya di wilayah endemis tinggi seperti Papua. (BRIN/Z-2)
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
MALARIA menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Malaria berkembang dari gejala ringan menjadi kondisi yang sangat serius
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Peneliti Harvard menemukan dua obat yang bisa membunuh parasit malaria dalam tubuh nyamuk.
Menanggapi kekhawatiran terhadap kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), TGB menegaskan bahwa pengkaji Al-Quran tidak perlu takut.
Kegiatan ini sejalan dengan salah satu program prioritas Kemendikdasmen, yaitu Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial atau Koding dan KA.
WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christi, menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak akan menggantikan manusia dalam hal pemikiran.
World AI Show – Indonesia menawarkan platform strategis untuk dialog, investasi, dan kemitraan lintas sektor yang bertujuan untuk memungkinkan adopsi AI yang bertanggung jawab.
BADAN Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) menggandeng PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) untuk mendukung transformasi digital berbasis nilai.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak hanya mengadopsi teknologi data streaming - mereka menerapkannya secara strategis untuk mengatasi tantangan bisnis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved