Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Ilmuwan dari Northwestern University mengungkap temuan penting yang bisa menjelaskan mengapa sebagian pasien penyakit Lyme tetap mengalami gejala persisten meskipun telah menjalani pengobatan antibiotik. Penelitian ini mengungkap bahwa fragmen bakteri Borrelia burgdorferi, penyebab utama penyakit Lyme, masih dapat bertahan dalam tubuh dan memicu respon imun berkelanjutan.
Menurut para peneliti, komponen bakteri yang bertahan ini terutama berupa peptidoglikan—bagian dari dinding sel bakteri. Fragmen ini ditemukan tersebar di beberapa organ, termasuk hati, dan diduga menjadi pemicu gejala seperti kelelahan kronis, nyeri sendi, dan gangguan kognitif yang sering dikaitkan dengan Penyakit Lyme Pasca-Pengobatan (PTLD).
Brandon L. Jutras, ahli bakteriologi dan peneliti utama studi ini, menyatakan bahwa sisa-sisa infeksi seperti ini juga terlihat pada kasus Long COVID, meskipun mekanismenya berbeda. “Respons inflamasi yang berlarut-larut akibat peptidoglikan tampaknya menjadi kunci dalam kasus Lyme yang tidak kunjung sembuh,” ujarnya.
Studi sebelumnya pada tahun 2022 mencatat bahwa sekitar 14% pasien Lyme yang telah menjalani pengobatan antibiotik masih mengalami gejala PTLD. Gejala ini meliputi kelelahan parah, nyeri sendi terus-menerus, hingga kabut otak, yang sangat memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Jutras dan timnya melacak biodistribusi peptidoglikan dalam tubuh dan menemukan bahwa fragmen ini dapat bertahan selama minggu hingga berbulan-bulan setelah infeksi awal, bahkan ketika bakteri hidup sudah tidak terdeteksi.
Menariknya, tidak semua pasien merespons peptidoglikan dengan cara yang sama. “Beberapa orang mungkin memiliki sistem imun yang sangat reaktif, yang justru memperparah gejala, sementara yang lain mungkin lebih toleran,” jelas Jutras.
Ia menambahkan bahwa struktur kimia unik dari peptidoglikan Borrelia bisa menjadi alasan mengapa fragmen ini sulit dihancurkan dan bisa bertahan lama di tubuh manusia.
Temuan ini membuka peluang baru untuk strategi pengobatan penyakit Lyme kronis. Alih-alih hanya mengandalkan antibiotik, pendekatan masa depan mungkin fokus pada penetralan molekul inflamasi seperti peptidoglikan. Salah satu opsi yang sedang diteliti adalah penggunaan antibodi monoklonal untuk membantu sistem kekebalan menghancurkan sisa-sisa bakteri tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat membawa perubahan besar dalam diagnosis dan terapi PTLD, yang selama ini masih menjadi tantangan di dunia medis. (SciTechDaily/Z-10)
6 tips pola makan untuk pasien kanker yang mendukung pemulihan tubuh, meningkatkan daya tahan, dan menjaga kesehatan setelah pengobatan kanker.
KOMISI Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengutuk keras orangtua atau pelaku yang telah melakukan kekerasan dan menelantarkan anak di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Studi ini mengukur gejala seperti heartburn, nyeri dada, naiknya asam lambung, dan mual menggunakan kuesioner penilaian mandiri (GERD-Q, skor 0–18).
PrEP merupakan obat pencegahan HIV yang dikonsumsi sebelum seseorang terpapar virus. Sejak Januari hingga Mei 2025, tercatat 285 warga telah memulai pengobatan PrEP.
Ada sejumlah suplemen dan obat yang dilarang dikonsumsi berbarengan. Apa sajakah itu? Berikut uraiannya.
ANAK perempuan yang diberi antibiotik selama tahun pertama kehidupan mereka, terutama dalam tiga bulan pertama, lebih mungkin memasuki masa pubertas pada usia lebih dini.
Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotik telah menjadi tantangan besar dalam pengobatan jerawat.
Antibiotik dikenal sebagai penyelamat dalam dunia medis—efektif melawan berbagai infeksi, dari flu hingga pneumonia. Namun, studi terbaru mengungkap sisi gelap penggunaan berulang.
Penelitian terbaru menunjukkan antibiotik, antivirus, dan vaksin dapat berpotensi mengurangi risiko demensia, membuka jalan baru dalam pengobatan penyakit neurodegeneratif ini.
Kamil bersama petugas kesehatan lainnya nampak sedang mengobati seorang petugas yang kakinya terluka akibat terkena batu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved