Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
UNTUK pertama kalinya, para ilmuwan menemukan bukti penggunaan obat biologis untuk menghilangkan plak beta amiloid dari otak dapat menunda perkembangan demensia Alzheimer. Penelitian ini dilakukan pada individu dengan mutasi genetik langka yang hampir pasti akan mengembangkan Alzheimer.
Penelitian ini merupakan bagian dari jaringan penelitian Dominantly Inherited Alzheimer’s Network (DIAN) dan merupakan lanjutan dari uji coba terkontrol secara acak sebelumnya. Studi awal tidak menemukan manfaat signifikan dari dua terapi penurun amiloid dibandingkan dengan plasebo. Namun, dalam perpanjangan studi yang tidak memiliki kelompok kontrol plasebo, hasilnya menunjukkan potensi keterlambatan penyakit, meskipun masih memerlukan interpretasi hati-hati.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Lancet Neurology, ditemukan risiko munculnya gejala berkurang setengahnya pada 22 peserta yang belum menunjukkan masalah memori atau kognisi dan menggunakan obat gantenerumab selama rata-rata delapan tahun. Meski demikian, hasil ini hanya mencapai signifikansi statistik pada sebagian analisis, sehingga menimbulkan perdebatan di kalangan ahli.
Dr. Eric McDade, pemimpin studi dari Universitas Washington di St. Louis, mengatakan penelitian ini adalah data pertama yang menunjukkan kemungkinan penundaan signifikan dalam perkembangan gejala Alzheimer. Menurutnya, jika terapi diberikan cukup dini dan dipertahankan dalam jangka waktu yang cukup lama, perkembangan penyakit dapat tertunda selama beberapa tahun.
Meskipun terapi ini memberikan harapan, tantangan utama yang dihadapi adalah pendanaan. Tim peneliti menghadapi pembatalan rapat evaluasi pendanaan dari National Institutes of Health (NIH). Jika dana tidak diperpanjang, studi yang telah berjalan sejak 2008 ini bisa terhenti, mengancam akses pasien terhadap obat yang mereka gunakan.
Sejak 1980-an, para ilmuwan telah berusaha mengembangkan terapi yang dapat menghilangkan plak beta amiloid dari otak, dengan hasil yang bervariasi. Gantenerumab sebelumnya gagal dalam uji coba besar terhadap lebih dari 1.800 pasien Alzheimer tahap awal karena tidak menunjukkan manfaat signifikan secara statistik. Sebaliknya, dua obat serupa, lecanemab (Leqembi) dan donanemab (Kisunla), telah disetujui FDA dan menunjukkan keterlambatan perkembangan gejala dalam hitungan bulan.
Dalam penelitian DIAN, pasien yang tidak bisa lagi menggunakan gantenerumab beralih ke lecanemab untuk memastikan mereka tetap menerima terapi. Beberapa peserta, seperti Sue dari Texas, telah mengikuti studi sejak 2012 setelah mengetahui bahwa ia memiliki mutasi gen yang hampir pasti akan menyebabkan Alzheimer.
Para peneliti luar yang tidak terlibat dalam studi ini menilai hasilnya sebagai data awal yang menarik, meskipun masih memiliki keterbatasan. Dr. Paul Aisen dari University of Southern California menilai penelitian ini sejalan dengan bukti sebelumnya mengenai manfaat penghapusan amiloid dalam Alzheimer sporadis.
Namun, ada kekhawatiran mengenai bias dalam kelompok peserta. Dr. Michael Greicius dari Stanford University menyatakan sulit untuk membandingkan kelompok yang menggunakan gantenerumab lebih lama dengan kelompok observasi, karena hanya peserta yang menyelesaikan studi tahap awal yang bisa melanjutkan terapi.
Terlepas dari ketidakpastian, penelitian ini menjadi langkah penting dalam membuktikan hipotesis amiloid dan memberikan pemahaman lebih dalam tentang efektivitas terapi biologis terhadap Alzheimer. Para ilmuwan berharap penelitian ini terus didanai, mengingat potensinya dalam menunda penyakit yang hingga kini belum memiliki obat yang benar-benar efektif. (CNN/Z-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved