Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
WAYANG merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Indonesia yang memiliki keberagaman bentuk dan gaya di berbagai daerah. Di antara jenis wayang yang terkenal adalah wayang Jawa dan wayang Bali.
Keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, baik dari segi aspek historis, bentuk dan karakter wayang, teknik pementasan, hingga pesan moral dan filosofinya.
Wayang Jawa memiliki sejarah yang erat dengan kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Mataram Islam. Seni pertunjukan ini berkembang sebagai sarana penyebaran ajaran Hindu-Buddha dan Islam di Jawa.
Seiring waktu, wayang Jawa mengalami perkembangan dalam bentuk penyajian serta cerita yang diadaptasi dari Ramayana dan Mahabharata.
Sementara itu, wayang Bali juga memiliki akar dalam pengaruh Hindu-Buddha, tetapi lebih erat kaitannya dengan upacara adat dan keagamaan Hindu Bali. Sejak dahulu, wayang Bali tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bagian dari ritual keagamaan yang sakral.
Wayang Jawa memiliki desain yang lebih ramping dan memanjang dengan detail halus dan warna yang lebih lembut. Boneka wayang ini dibuat dengan tangan dan dihiasi dengan warna-warna yang mencerminkan karakter tokoh yang dimainkan.
Di sisi lain, wayang Bali cenderung lebih kokoh dengan ukiran yang lebih tegas dan ekspresif. Boneka wayang Bali juga memiliki warna yang lebih cerah dan mencolok dibandingkan wayang Jawa. Bentuk penyangga boneka wayang Bali lebih lurus dibandingkan dengan wayang Jawa yang berliuk-liuk.
Wayang Jawa biasanya dipentaskan sepanjang malam, dimulai dari malam hingga menjelang fajar. Dalang memainkan boneka wayang di balik layar (kelir) yang diterangi oleh lampu. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan lengkap serta sinden (penyanyi) yang membawakan tembang-tembang khas Jawa.
Di Bali, terdapat dua jenis pementasan wayang berdasarkan waktu penyajiannya, yaitu:
Wayang Lemah – Dipentaskan pada siang hari tanpa layar dan lampu, sering kali dalam rangka upacara keagamaan tertentu.
Wayang Peteng – Dipentaskan pada malam hari dengan menggunakan layar dan lampu minyak kelapa. Musik pengiring utama dalam wayang Bali adalah gender wayang, dan dalang juga berperan sebagai penyanyi tanpa kehadiran sinden.
Wayang Jawa sering kali menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang berlandaskan ajaran Hindu, Buddha, dan Islam. Pesan moral yang disampaikan dalam wayang Jawa berkaitan dengan kebijaksanaan, pengendalian diri, serta ajaran etika sosial yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, wayang Bali lebih menekankan pada ajaran Hindu Dharma dan keterkaitan manusia dengan alam semesta. Pertunjukan wayang Bali sering digunakan sebagai media pendidikan spiritual, penguatan budaya, serta sarana untuk menghubungkan manusia dengan dewa dan leluhur mereka.
Perbedaan dalam pementasan wayang Jawa dan wayang Bali mencerminkan kekayaan budaya serta keunikan masing-masing daerah. Wayang Jawa lebih berorientasi pada hiburan dengan pertunjukan yang berlangsung semalaman, sedangkan wayang Bali memiliki keterkaitan yang kuat dengan ritual keagamaan dan adat.
Dari segi teknik penyajian dan karakteristik boneka wayang, keduanya juga memiliki ciri khas tersendiri yang menunjukkan bagaimana seni pertunjukan ini berkembang sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menghargai warisan budaya Indonesia yang beragam dan penuh makna. (Z-10)
Wayang kulit adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Seni tradisional ini bukan hanya hiburan semata, tetapi juga memiliki nilai filosofi dan sejarah mendalam
Museum Wayang memajang ribuan koleksi wayang, salah satu warisan dunia takbenda asal Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO
YAYASAN Mitra Museum Jakarta bekerja sama dengan Unit Pengelola Museum Seni Jakarta menggelar perhelatan wayang kulit bertajuk Nakula Sadewa Murca.
Laporan tersebut terkait peristiwa tindak pidana ujaran kebencian dan atau kejahatan tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis.
"Jadi kalau boleh saya menyebut Wayang Orang Bharata ini baru berusia 50 tahun dan tidak pernah mengalami penuaan, karena terus-menerus muncul generasi baru,"
Penyesuaian juga dinilai penting agar peran wayang sebagai sumber nilai-nilai luhur bisa tetap hidup ke depan.
MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menuturkan pihaknya akan tetap mengawal pemajuan kebudayaan nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved