Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PENELITI mikroplastik di Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecological Observation and Wetlands Conservation/ Ecoton), Rafika Aprilianti, mengungkap hasil penelitiannya terdapat lima produk teh celup yang umum dan banyak beredar secara komersial yang juga telah diteliti menunjukkan bahwa kantong teh dari produk tersebut melepaskan mikroplastik saat diseduh dengan air panas.
Penelitian ini mengungkapkan kantong teh celup berbahan plastik berpotensi melepaskan jutaan partikel mikroplastik ke dalam tubuh. Kantong kantong teh celup itu sendiri terbuat dari polimer dimasukkan ke dalam air panas, partikel mikroplastik yang dilepaskan bisa terserap oleh sel-sel usus dan memasuki aliran darah.
Menanggapi hasil temuan ini, Dosen di Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, FK-KMK (Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan) UGM, Dr. Annisa Utami Rauf, mengatakan adanya hasil temuan ini tidak serta merta peredaran teh celup dilarang.
Menurut dia hingga saat ini belum ada aturan baku yang menyebutkan berapa kandungan mikroplastik yang seharusnya ada di kantong teh celup. Bahkan benang gantungannya saja sudah mengandung fragment mikroplastik. “
Sepengetahuan saya, belum ada standar level yang baku. Jadi kita tidak tahu, misalnya beberapa kali minum itu berbahaya atau satu kali minum berbahaya, meski mikroplastik itu emergence contaminant,” katanya.
Ia mengemukakan untuk konsumen yang suka minum teh celup, jika khawatir soal mikroplastik ini, bisa mengganti dengan penyajian dengan teh seduh yang disaring atau sejenis teh tubruk.
Terkait penanganan isu mikroplastik ini dalam produk kantong teh celup, menurutnya hanya perlu menyampaikan informasi ke masyarakat, bahwa memang kemasan kantong teh celup ada kandungan mikroplastik.
"Jadi kita edukasi dulu terkait hal ini bahwa kandungannya memang ada. Kalau misalnya mereka sudah tahu, kita bisa sarankan bahwa tidak boleh terlalu sering mengkonsumsi,” paparnya
Di sisi lain, Annisa mengingatkan perlunya edukasi kepada masyarakat agar mendapat wawasan terkait mikroplastik ini. “Karena mikroplastik sebenarnya ada di setiap komponen. Misalnya mineral, tanah, tetapi karena pada teh celup langsung masuk ke jalur pencernaan, lalu kita tidak tahu efek berkelanjutan seperti apa dan itu yang membuat bahaya sebab tidak semua fragment itu bisa dikeluarkan dari tubuh,” katanya.
Meskipun begitu, ia menyebutkan tidak semua kantong teh celup terbuat dari plastik, ada beberapa jenis kantong teh celup terbuat dari kertas sehingga tidak menghasilkan mikroplastik dibanding kantong berbahan plastik.
Mengingat hasil temuan ini, ia menyarankan masyarakat lebih bijak memilih produk sehari-hari, termasuk dengan kantong teh celup. “Sebaiknya beralih ke kantong teh berbahan kertas atau bahan ramah lingkungan lainnya untuk mengurangi paparan mikroplastik,” pesannya. (H-2)
Penelitian terbaru mengungkap kantong teh celup melepaskan miliaran partikel mikroplastik ke dalam air panas.
Saat teh celup dengan kantong teh yang terbuat dari kertas dimasukan ke air panas, sifat kertas ialah menyerap air dan akan robek saat teh diseduh atau dicelupkan di air panas.
SEJUMLAH orang kerap mengunyah permen karet. Rasa permen karet yang manis dan kenyal saat digigit membuatnya disukai banyak orang.
Mikroplastik terbentuk dari degradasi produk sehari-hari seperti pakaian, kemasan makanan dan minuman, perabotan rumah, serta kantong plastik, bahkan juga dari produk perawatan.
Air bisa saja mengandung zat berbahaya seperti mikroplastik dan BPA (Bisphenol A) yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan.
Jika mikroplastik masuk ke dalam tubuh, partikel dengan ukuran kurang dari 100 nanometer dapat mencapai hampir semua organ dalam tubuh manusia setelah masuk ke dalamnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved