Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bukan Cuma Kulit, Mata Ternyata Dapat Terbakar Sinar UV

Media Indonesia
03/2/2025 20:38
Bukan Cuma Kulit, Mata Ternyata Dapat Terbakar Sinar UV
ilustrasi(freepik)

BUKAN hanya kulit yang dapat terbakar akibat sinar matahari yang terik. Ahli mengatakan sengatan sinar matahari dapat membuat mata sensitif.  Seorang dokter mata pusat medis Universitas Chicago Dr. Steven Quan  menjelaskan, paparan tinggi dari radiasi ultraviolet mampu menyebabkan luka bakar pada sel epitel kornea.

"Fotokeratitis adalah istilah teknis,” ujar dia dikutip dari Livescience, Senin (3/2).

Seorang profesor oftalmologi Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins Dr. Esen Akpek mengatakan kornea merupakan bagian terluar dari mata layaknya kaca pada jam tangan yang menjadi pelindung bagian-bagian di dalam mata. Ia menjelaskan, kornea memiliki lima lapisan yang meliputi epitel, lapisan bowman, stroma, membran descemet dan endotelium. Lapisan terluar yang disebut epitel merupakan permukaan tipis namun kuat yang mampu melindungi mata dari debu, air dan bakteri, serta menyalurkan oksigen yang diserap dari air mata dan nutrisi ke seluruh kornea.

“Yang terjadi pada mata saat terkena paparan sinar UV adalah lapisan epitel kehilangan ketahanan. Sebagian darinya mengelupas,” kata Akpek menambahkan.

Saat terpapar sinar UV, sambung Akpek, lapisan itu bisa mengelupas sepenuhnya sehingga terasa sangat menyakitkan. Sebab, bawah lapisan epitel terdapat banyak saraf.

Layaknya sel-sel kulit di tubuh, sambungnya, sel epitel juga dapat melakukan pergantian dan mengalami siklus tumbuh, mati, dan kembali tumbuh dan terjadi berulang. Namun, Akpek menambahkan bahwa pergantian yang terjadi dalam tingkat tertentu, saat seluruh lapisan epitel hilang, sel-sel yang rusak tidak dapat beregenerasi cukup cepat sehingga kornea menjadi kosong.

Ketika terpapar sinar UV dengan intensitas rendah, ujar dia, sel epitel dapat mati sekaligus. Bukannya mati secara perlahan, namun pada paparan UV yang angkat tinggi, sinar UV ia sebut mampu membunuh sel-sel induk yang menghasilkan sel baru untuk regenerasi, bahkan mengganggu kinerja jaringan parut mata hingga kebutaan.

“Itu sangat jarang terjadi, tetapi itu bisa terjadi,” ujar Akpek.

Secara umum, Akpek mengatakan fotokeratitis bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi menurut Akademi Oftalmologi Amerika ini kondisi tersebut dapat menyebabkan nyeri mata hebat, mata merah, penglihatan kabur, pembengkakan dan sakit kepala. Kondisi ini paling umum dapat terjadi saat beraktivitas dengan paparan UV yang sangat kuat.

Aktivitas yang berkaitan dengan salju, kata dia, turut berisiko mengalami fotokeratitis yang disebut kebutaan salju. Umumnya hal ini terjadi di wilayah dengan lapisan salju dan es yang tinggi seperti Kutub Utara dan Selatan atau pegunungan tinggi.

Kerusakan kornea ringan juga dapat terjadi saat berperahu atau berkebun hal ini terjadi akibat sinar UV yang memantul dari permukaan seperti pasir atau air. Meski gaya hidup setiap orang berbeda-beda, namun secara umum, Quan mengatakan topi atau kaca mata hitam yang menghalangi 100 persen sinar UV mampu mencegah kerusakan mata.

“Beberapa orang mengenakan kacamata hitam tergantung dengan aktivitas mereka,” kata Quan.

Saat beraktivitas di sekitar lereng, atau tempat-tempat yang memantulkan cahaya dari bawah, ia menyebut topi belum tentu berperan secara maksimal sehingga dibutuhkan peran kaca mata hitam. Namun bila kaca mata hitam menjadi kendala saat melakukan pekerjaan, topi menjadi benda yang dibutuhkan untuk melindungi mata.

“Anda mungkin baik-bak saja. Itu tergantung,” kata Quan.

Fotokeratitis atau kerap disebut mata yang terbakar matahari, menurutnya biasanya tidak menyebabkan tumor pada kornea seperti halnya kulit terbakar matahari dapat meningkatkan risiko tumor kulit. Namun, paparan sinar UV dapat menyebabkan tumor kelopak mata atau secara teknis merupakan kanker kulit.

Quan merekomendasikan agar mengenakan kacamata hitam bahkan di musim dingin untuk mencegah hal serupa terjadi.

“Orang-orang kurang memperhatikan atau menyadari bahwa di musim dingin, mereka sama berisiko terhadap musim panas. Jumlah sinar UV yang anda terima umumnya bahkan lebih tinggi,” papar Quan. (Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya