Soroti Penyakit Misterius di Kongo, Epidemolog Sebut Tidak Berpotensi Pandemi

Ihfa Firdausya
05/12/2024 15:09
Soroti Penyakit Misterius di Kongo, Epidemolog Sebut Tidak Berpotensi Pandemi
ilustrasi(freepik)

 

EPIDEMOLOG dari Griffith University Australia Dicky Budiman menduga penyakit misterius di Kongo yang telah menewaskan hampir 150 itu berasal dari infeksi virus. Untuk mengetahui apakah ini penyakit baru atau turunan, katanya, harus menunggu investigasi WHO. Namun, ia menyebut kejadian itu tidak berpotensi menjadi pandemi.

“Analisa sementara saya, dengan gejala flu like syndrome, artinya kecenderungannya ini infeksi oleh virus. Tampaknya ini satu penyakit yang kemungkinan besar disebabkan oleh virus yang penularannya dengan kontak dekat,” kata Dicky kepada Media Indonesia, Kamis (5/12).

“Apalagi kalau ada demam, batuk, biasanya berarti ada kontak cairan tubuh, mungkin bisa saja melalui droplet,” imbuhnya.

Seperti diberitakan, sedikitnya 143 orang meninggal akibat penyakit di Kongo dalam dua minggu terakhir. Penyakit misterius itu disebut seperti flu dengan gejala-gejala seperti demam, sakit kepala, batuk, dan anemia.

Di sisi lain, Dicky menyebut bahwa kematian tinggi dalam waktu cepat ini biasanya tidak menjadi karakteristik terjadinya pandemi.

“Dengan kematian yang hampir 150 orang, kalaupun itu adalah satu penyakit baru, wabah baru, ini cenderung tidak akan menjadi satu pandemi dalam konteks menyebar cepat ke luar. Biasanya kalau kematian tinggi, orang-orang yang parah ini belum sempat untuk menularkan,” jelasnya.

Menurutnya, karakter dari satu potensi wabah dengan mortalitas tinggi biasanya cepat terlokalisasi jika langsung dilakukan mitigasi. “Artinya sangat kecil (potensi) akan berdampak ke kita. Apalagi dengan mekanisme gejala seperti itu yang sementara ini masih bisa terlokalisasi,” ujarnya.

Sebagai informasi, katanya, Kongo yang berada di Afrika juga saat ini menjadi negara dengan banyak penyakit yang berpotensi wabah dengan angka kematian yang tinggi. “Bahkan sekarang Mpox juga di Kongo lagi banyak, selain penyakit-penyakit virus lainnya, sehingga (bila) lockdown lokal, prinsip 5 M di sana diterapkan, ya bisa meminimalisasi dampak,” jelasnya.

Dicky juga mengimbau agar masyarakat di Tanah Air tidak terlalu panik. Namun dengan jumlah kematian yang tinggi itu semua pihak harus waspada. “Dunia melalui WHO harus segera memastikan apa sebetulnya penyebabnya,” kata dia.

Langkah antisipasi dan deteksi dini di Indonesia pun perlu dilakukan. Ketika ada negara yang sedang mengalami wabah, kata Dicky, peningkatan kewaspadaan dan skrining harus dijalankan di pintu masuk negara, seperti penerbangan yang ada kaitannya dengan wilayah yang sedang mengalami wabah.

“Standar itu di pintu masuk negara, terutama laut dan udara, yang sifatnya demam, keluhan batuk dengan demam, apalagi ada tanda lain misalnya pendarahan, ini tentu harus betul-betul dipisahkan, ada mekanisme karantina, skrining, yang memadai,” paparnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya