Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
A. A. Navis, salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia, kini diakui di panggung internasional melalui penetapan hari lahirnya sebagai perayaan oleh UNESCO. Penetapan ini tidak hanya mencerminkan kontribusi besar beliau terhadap sastra tanah air, tetapi juga pengaruhnya pada nilai-nilai kemanusiaan universal.
Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodijah menegaskan bahwa momen ini adalah hasil kerja keras dan komitmen KNIU sebagai penghubung antara Indonesia dan UNESCO. “Sebagai fasilitator, KNIU bersama para pemangku kepentingan terkait sepakat untuk mengusulkan penetapan hari lahir dua tokoh nasional Indonesia ke UNESCO, salah satunya adalah A. A. Navis untuk diperingati pada periode 2024,” jelasnya dalam acara Seminar Nasional dan Peluncuran Buku Seratus Tahun A.A Navis di Jakarta, Kamis (28/11).
Dikenal melalui karya-karya seperti Robohnya Surau Kami dan Saraswati Si Gadis dalam Sunyi, A. A. Navis dianggap sebagai sastrawan yang mampu mengajak pembacanya berpikir kritis terhadap kondisi masyarakat sekaligus merefleksikan nilai-nilai moral. “Beliau menggunakan humor satir dan kritik sosial yang relevan hingga hari ini, menjadi pengingat bahwa sastra bisa menjadi kekuatan transformatif bagi masyarakat,” imbuh dia.
UNESCO, lanjut Itje, menetapkan perayaan ini dengan menyoroti kontribusi A. A. Navis sebagai seorang sastrawan yang tidak hanya berkarya untuk bangsanya tetapi juga untuk kemanusiaan secara universal. “Ini adalah momen penting untuk kembali menyoroti karya, ide, dan nilai yang diwariskan oleh beliau,” ujarnya.
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran A. A. Navis, sejumlah acara telah digelar, termasuk pameran, seminar peluncuran buku, dan tur kuratorial. Itje menggambarkan bahwa semua kegiatan ini bukan sekadar nostalgia, tetapi juga upaya refleksi yang mendalam atas dinamika sosial, politik, dan budaya yang menjadi perhatian A. A. Navis.
“Karya-karya beliau tetap menjadi panduan moral bagi masyarakat Indonesia untuk bergerak maju tanpa melupakan akar budayanya,” kata Itje.
Ia juga menekankan pentingnya sastra dalam membangun karakter bangsa. “Melalui sastra, kita tidak hanya belajar berbicara tentang realitas, tetapi juga membayangkan masa depan yang lebih baik. A. A. Navis adalah bukti bahwa suara seorang sastrawan dapat melampaui zamannya, menginspirasi generasi baru, dan mendorong kita untuk terus menjaga nilai-nilai universal seperti keadilan, empati, dan perdamaian,” pungkasnya.
Pada Kesempatan itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Endang Aminudin Azis mengungkapkan, sastra bukan hanya bicara soal karya puisi maupun prosa. Lebih jauh dari itu, sastra merupakan refleksi dari peradaban sebuah bangsa.
“Kita meyakini bahwa hasil-hasil karya sastra yang bermutu, yang bermutu tinggi, akan menggambarkan keluhuran martabat bangsa itu. Sastra yang rendah itu adalah wujud atau cerminan dari martabat bangsa yang rendah,” kata Amin.
Jarenanya, kesadaran tentang pentingnya karya sastra dari sastrawan-sastrawan di indonesia harus terus didorong maju demi merefleksikan perkembangan bangsa Indonesia. (H-2)
Navis dijuluki sastrawan pencemooh nomor wahid dan sastrawan satiris ulung. Julukan itu tidak terlepas dari pemikiran-pemikirannya yang kritis.
Tidak hanya berbicara soal materi ala kajian akademisi dan peneliti sastra, buku ini juga menghadirkan kenangan dari Dedi A Navis yang bercerita tentang keseharian dan kesibukan sang ayah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved