Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan ke depan akan ada kemajuan dalam pengobatan tuberkulosis (Tb) dengan sekali suntik. Terobosan tersebut akan memangkas waktu pengobatan yang sebelumnya memakan waktu 6 bulan, bisa di perpendek menjadi sekalian injeksi.
"Saya ngomong dengan beberapa teman-teman di luar negeri. Mereka bilang, ke depannya sekitar 1-2 tahun. Kemungkinan besar akan diluncurkan obat yang bisa dari 6 bulan ke 2 bulan. Atau mungkin sekali suntik atau long lasting injections," kata Budi dalam Diseminasi Memo Kebijakan TBC di Jakarta, Kamis (28/11).
"Masuknya lewat suntik. Salah satunya 2 bulan atau one long lasting injections di bawah kulit. Jadi kita akan mengarah kesana," tambahnya.
Hal senada juga disampaikan dokter spesialis paru, Prof Erlina Burhan mengatakan ke depan ada panduan pengobatan Tb yang lebih ringkas hanya 1-2 bulan.
"Pengembangan dan implementasi panduan obat yang ringkas Tb Sensitive Obat (SO) 1-2 bulan. Sementara Tb Resisten Obat (RO) yang sebelumnya bisa 18-24 bulan, nanti bisa 6 bulan," paparnya.
Namun hal itu harus didukung dengan inovasi terkait sistem pendukung program Tb.
"Peningkatan kapabilitas industri dalam negeri untuk produksi obat dan alat kesehatan terkait diagnosis atau tatalaksana Tb," pungkasnya. (Z-9)
Indonesia mencatatkan angka kematian akibat tuberkulosis atau TB sebesar 134 ribu jiwa per tahun atau sekitar dua orang meninggal setiap lima menit.
Masyarakat diajak untuk tidak ragu dan malu melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas jika memiliki gejala kasus TB sebab penyakit tersebut bisa disembuhkan.
Akibat penyakit tersebut 15 orang meninggal dunia sebelum mendapatkan pengobatan.
Pasien TB RO harus minum lebih banyak obat setiap hari dan menjalani pengobatan dalam jangka yang lebih lama sesuai dengan rekomendasi dari tim ahli klinis agar bisa sembuh.
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
Dalam riset bertajuk Potential Risk of New Tuberculosis Cases in West Java, tim peneliti BRIN melakukan analisis risiko spasial dan temporal terhadap sebaran kasus Tb baru di wilayah Jawa Barat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved