Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Industri Media Hadapi Kompetisi dan Adaptasi Model Bisnis serta Regulasi

M Iqbal Al Machmudi
30/10/2024 15:45
Industri Media Hadapi Kompetisi dan Adaptasi Model Bisnis serta Regulasi
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat(Tangkapan layar Forum Diskusi Denpasar 12)

MASALAH terus-menerus datang menghujani industri media hingga banyak yang terkena PHK dan media yang yang gulung tikar. Setelah dihantam pandemi, adanya teknologi baru, adaptasi, hingga model bisnis yang berubah memperparah kondisi industri media saat ini.

"Dulu industri media bergantung kepada iklan dan saat ini iklan tersebut sudah mengalami pergeseran model bisnisnya berubah. Kemudian dominasi iklan digital di mana sosial media saat ini ada model bisnis baru," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam Forum Diskusi Denpasar 12 secara daring, Rabu (30/10).

Model bisnis industri media harus bersaing dengan banyaknya influencer dan model-model baru yang mungkin tidak memiliki entitas dan tidak menggunakan juga aturan yang bagaimana diterapkan kepada industri. Hal itu semakin diperparah dengan adanya kompleksitas regulasi yang mau tidak mau membuat industri media makin sulit beradaptasi.

"Catatan lain kualitas jurnalisme juga sudah harus kita akui adanya keterbukaan yang luar biasa menyebabkan sebagian media akhirnya mengorbankan kualitas demi sensasi saja," ucapnya.

"Semua permasalahan itu ditambah lagi masalah PHK. Oleh karena itu tantangan industri rasanya memerlukan perhatian bukan hanya dari pemerintah tetapi dari kita semua. Harus ada skema perlindungan diupayakan untuk bisa memberikan ruang kepada industri media termasuk dalam hal ini bagaimana digitalisasi media dan pemberitaan untuk bisa mempertahankan kualitas pemberitaan sebagaimana diatur dalam regulasi," jelas Rerie sapaan akrabnya.

Rerie menilai saat ini yang paling penting adalah keberlangsungan kehidupan industri. Selain itu perlu memastikan ketersediaan lapangan kerja yang terdampak PHK karena jumlah gelombang PHK industri media tidak bisa dihindari.

Ia menceritakan pada tahun 1993 ia pernah mengikuti konferensi di Wina Austria terkait kondisi media pada saat itu yang bertema media cetak yang sekarat dan memang terbukti beberapa tahun kemudian surat kabar tua di dunia mulai tutup. 

Namun yang lebih mengejutkan bahwa dulu awalnya dari tema surat kabar yang sekarat karena industri media beralih pada televisi. Ternyata saat ini era televisi juga sudah mengalami usia senja tanpa.

"Tahun 2023 dicatat sebagai tahun yang paling kelam bagi beberapa industri termasuk media. Krisis yang mulai terasa betul-betul sudah membuahkan kepada tutupnya banyak perusahaan," pungkasnya. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya