Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
PLT Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud-Ristek Yogi Anggraena menegaskan bahwa pendidikan perubahan iklim yang masuk dalam kurikulum Merdeka sebenarnya bukan baru dan sudah ada.
Ia menjelaskan pada saat pemerintah memutuskan perubahan iklim perlu masuk ke dalam kurikulum, hal itu didesain bukan sebagai mata pelajaran baru. Jadi bukan sebagai beban baru yang untuk dipelajari oleh anak.
"Jadi pada saat kita susun, ini memang dirancang bukan sebagai materi atau mata pelajaran baru untuk dipelajari. Maka pada tahap awal penyusunan kita memang memetakan kemampuan apa yang perlu dimiliki peserta didik mulai dari fase pondasi pada PAUD, SD, SMP sampai SMA dipetakan," kata Yogi secara daring, Kamis (10/10).
Baca juga : Kemendikbud Ristek Siap Perbaiki Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra
Pendidikan perubahan iklim dipetakan ke intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Jadi pada saat dipetakan ke dalam intrakurikuler sudah terintegrasi dalam kompetensi di beberapa mata pelajaran. Pada saat mempelajari kemampuan yang harus dikuasai dalam mata pelajaran tersebut secara tidak langsung sebenarnya peserta didik belajar perubahan iklim.
Lalu diperkuat juga dalam kokurikuler melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila saat pelaksanaannya ternyata ada tema yang relevan yang terkait perubahan iklim. Dan juga ada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler misalkan di dalam Pramuka.
"Sehingga sebenarnya praktik baik yang memang selama ini dilakukan di satuan pendidikan. Terkait dengan hal ini yang ingin kami tekankan sebagai alat bantu untuk memastikan bahwa perubahan iklim bukan merupakan mata pelajaran baru dan bukan beban baru maka kami sudah menyusun panduannya," ujar dia.
Untuk mengapresiasi contoh-contoh praktek baik yang sudah berjalan dan memberikan fleksibilitas yang paling penting adalah sesuai sumber daya yang ada dan yang kita inginkan perubahan iklim ini menjadi gerakan bersama seluruh pihak. Jadi kami lebih menekankan bahwa ini bukan beban baru untuk para guru. (Z-9)
DI tengah perubahan sistem pendidikan yang kerap berganti mengikuti dinamika kebijakan pemerintah, Kurikulum Merdeka tetap menonjolkan kelebihan yang tak lekang oleh waktu: kolaborasi.
Anggota Komisi X DPR Sofyan Tan mengingatkan pemerintah untuk mengubah kurikulum pendidikan. Hal itu menyusul adanya isu akan digantinya Merdeka Belajar.
Abdul Mu'ti akan mendengarkan terlebih dahulu masukan dan aspirasi dari masyarakat terkait kelebihan dan kekurangan tiga kebijakan tersebut sejauh ini.
Pemerintahan baru nanti diharapkan gerak cepat untuk berkoordinasi melakukan evaluasi dan penetapan kurikulum yang tepat dan tetap ke depannya.
Sekolah Al Azhar di bawah naungan Yayasan Waqaf Al Muhajirien menggunakan tiga kurikulum yaitu Kurikulum Al Azhar, Kurikulum Merdeka, dan Kurikulum Cambridge.
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan 23.171 pohon trembesi untuk menghijaukan dua ruas jalan tol di wilayah Bakauheni-Palembang.
Sementara sapi yang mengonsumsi rumput memiliki lebih banyak asam lemak omega-3 dan asam laktat. Kandungan ini penting bagi kesehatan jantung dan sistem pencernaan.
Greenhouse Mangrove bertujuan untuk meningkatkan literasi publik mengenai pentingnya ekosistem mangrove dalam menjaga lingkungan pesisir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved