Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PERUMUSAN standar panduan bangunan hijau (greenship) untuk hunian terjangkau (affordable housing) akan segera dilakukan Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) berkolaborasi dengan Green Building Council Indonesia (GBCI).
Hal ini bertujuan untuk membantu menyelamatkan bumi dari isu perubahan iklim (climate change) yang kini makin jadi perhatian.
Ketua Umum DPP REI Joko Suranto mengatakan, dalam kerja sama yang dijalin dengan GBCI, pihaknya akan menyusun dan menerapkan sistem penilaian bangunan hijau (greenship) untuk rumah terjangkau. Hal ini didasarkan kepada kesadaran terhadap kondisi perubahan iklim (climate change) yang semakin nyata.
Baca juga : Luhut Pandjaitan: ISF 2024 Ajang untuk Wujudkan Transisi Energi Dunia
Oleh karena itu, semua pemangku kepentingan termasuk pengembang harus memiliki komitmen bersama untuk menyelamatkan bumi.
“Climate change adalah sesuatu hal yang kita harus sikapi dengan serius. Kita harus bangun komitmen, tentunya bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya,” ungkap Joko, kemarin di kantor DPP REI, Jakarta Selatan.
Menurut Joko, dampak dari perubahan iklim juga dirasakan oleh para pengembang.
Diantaranya fenomena tidak menentunya siklus musim pada saat ini. Akibatnya, pengembang kesulitan untuk menentukan jadwal kegiatan untuk land clearing maupun Pembangunan, karena musim hujan dan kemarau sering tidak menentu.
Baca juga : Pendidikan Menjadi Upaya Pemberdayaan Masyarakat Atasi Krisis Lingkungan
“Oleh karena itu, kerja sama dengan GBCI ini dapat menjadi salah satu cara agar kita bisa beradaptasi dengan perubahan iklim tersebut. Ke depan, kami akan bekerjasama membuat standardisasi rumah terjangkau yang adaptif tetapi mudah untuk diterapkan. Ini tentu bukan pekerjaan mudah, karena pertimbangan biaya dan adanya perubahan perilaku pasar seperti dalam hal pemilihan bahan dan desain rumah,” jelas Joko.
Sebelumnya, REI juga sudah melakukan tindakan nyata berupa Program Sejuta Pohon REI yang sudah dilaksanakan di lebih dari 12 lokasi di seluruh Indonesia.
Lewat program ini, setiap rumah yang dibangun anggota REI wajib menanam dua bibit pohon di depan rumah dan lingkungan perumahan.
Komitmen tersebut, kata Joko, sudah disepakati oleh seluruh DPD REI se-Indonesia.
Baca juga : 35 Ribu Bibit Mangrove Ditanam untuk Jaga Pesisir Pandeglang
“Ini juga bagian dari cara kami dari REI dalam mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim. Semoga ini menjadi amal jariyah yang tidak akan pernah punah,” ungkap Presiden FIABCI Indonesia tersebut.
Sementara itu, Ketua GBCI Iwan Prijanto merasa bersyukur karena GBCI dan REI sudah memiliki landasan nilai yang sama dalam menyikapi climate change, sehingga kerjasama ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan intensif.
Menurutnya, tanpa nilai dan paradigma yang sama, sangat sulit untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan kedua belah pihak.
Baca juga : AS dan Tiongkok Bahas Interaksi Kedua Kepala Negara
“Tapi hari ini kita mendengarkan langsung bahwa REI juga memiliki value (nilai) pandangan yang sama dengan GBCI sehingga mudah-mudahan kita bisa melahirkan paradigma baru di industri perumahan,” ujar Iwan.
Dia menambahkan, GBCI merasa tertantang karena selama ini paradigma mereka adalah melakukan sertifikasi terhadap commercial building atau Gedung-gedung bertingkat dengan investasi yang besar.
Jenis properti itu sudah memiliki kesadaran tinggi dan sebenarnya mampu melakukan proses sertifikasi sendiri.
Tetapi untuk bangunan khususnya hunian di segmen menengah dan bawah, diakuinya hal itu merupakan sesuatu yang baru.
Apalagi, ungkap Iwan, Ketua Umum REI Joko Suranto meminta dari sisi biaya sertifikasi juga harus terjangkau.
“Artinya prosesnya bisa dilakukan dimana pun dan dalam situasi apapun dengan biaya terjangkau. Banyak tantangan memang, namun GBCI saat ini sedang siapkan digital platform-nya, sehingga sertifikasi digital hunian terjangkau ini dapat terealisasi secepatnya, tanpa mengurangi kredibilitasnya,” kata Iwan.
Setelah itu, REI dan GBCI akan memulai sejumlah pilot project yang diharapkan akan semakin meluas di setiap proyek perumahan yang dibangun pengembang.
Kerja sama lebih besar dapat dilakukan dengan melibatkan ekosistem lain seperti perbankan dan manufaktur yang juga sudah menjalin kerja sama dengan GBCI.
“Kita juga sedang kaji penyusunan katalog desain rumah hijau berkualitas untuk segmen hunian terjangkau ini. Desainnya akan dibuat arsitek top nasional yang nantinya dapat jadi pilihan oleh pengembang,” pungkasnya.
Dalam penandatanganan MoU tersebut, Wakil Ketua Umum DPP REI bidang Green Development REI Meiko Handojo, Executive Director GBCI Tito Ariwibowo, serta Sekretaris GBCI Iparman Oesman. (Z-10)
KOMUNITAS Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi para pemuda, pelajar, nelayan, petani, mahasiswa.
Pencairan gletser akibat perubahan iklim terbukti dapat memicu letusan gunung berapi yang lebih sering dan eksplosif di seluruh dunia.
Kemah pengkaderan ini juga mengangkat persoalan-persoalan lingkungan, seperti perubahan iklim yang mengakibatkan bencana alam.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Fenomena salju langka menyelimuti Gurun Atacama, wilayah terkering di dunia, menghentikan sementara aktivitas observatorium ALMA.
Dalam serangkaian lokakarya yang digelar selama lima hari tersebut, para musisi membahas akar penyebab krisis iklim, peran seni dan budaya dalam mendorong perubahan nyata.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved