Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

DPR Minta Pemerintah Skrining Penumpang dari Negara dengan Kasus Mpox

Indriyani Astuti
28/8/2024 07:45
DPR Minta Pemerintah Skrining Penumpang dari Negara dengan Kasus Mpox
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prastyani Aher(Dok. DPR RI)

 

ANGGOTA Komisi IX DPR RI Netty Prastiyani Aher mengatakan meningkatnya kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox) di dunia dan kawasan ASEAN harus diwaspadai dengan serius oleh pemerintah Indonesia. Ia mendorong skrining pendatang yang berasal dari negara terjangkit Mpox.

 

Baca juga : Kemenkes Terapkan Skrining Suhu untuk Surveilans Kasus Mpox

“Misalnya,  kita terapkan skrining monkeypox di pintu-pintu masuk dari negara-negara terdampak, khususnya  tetangga kita seperti Thailand dan Filipina yang sudah mengonfirmasi kasus baru," ujarnya, Rabu (28/8). 

 

“Langkah cepat dan responsif harus segera diambil untuk menghindari risiko yang lebih buruk," imbuh dia. 

Baca juga : WHO Luncurkan Rencana Strategis Global Atasi Mpox

 

Mpox telah ditetapkan menjadi kegawatdaruratan global  kedua kalinya oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Di Indonesia terdapat 88 kasus kumulatif sejak ditemukan pada tahun 2022. Sementara itu sepanjang tahun 2024, sudah terdapat 14 kasus monkeypox di Indonesia.

 

Baca juga : Pemerintah Berencana Tambah Vaksin Mpox 1.600 Dosis

DPR RI mendorong pemerintah untuk mengikuti protokol WHO dalam menangani monkeypox.

 

Netty juga meminta pemerintah  agar kampanye maupun promosi penanganan monkeypox ini dilakukan secara masif di fasilitas-fasilitas publik. 

Baca juga : Sikapi Mpox, Menkes Sebut Tak Ada Pembatasan WN Afrika  

 

"Langkah ini perlu diambil agar masyarakat kita punya pengetahuan terkait Monkeypox, baik gejala, cara penanganan,  mau pun pesebarannya di dunia, ASEAN dan Indonesia sendiri," lanjutnya.

 

Pesan akan pentingnya menjaga protokol kesehatan harus sampai ke daerah-daerah.

 

 "Bukan kita ingin menakut-nakuti masyarakat, tapi mencegah lebih baik dari pada mengobati. Terlebih varian clade 1B yang berkembang di Afrika lebih berbahaya dari clade II," ungkapnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya