Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Burung-Burung di Kota Diduga Pembawa Bakteri Resistan Antibiotik yang Mematikan

Eve Candela F
15/8/2024 14:25
Burung-Burung di Kota Diduga Pembawa Bakteri Resistan Antibiotik yang  Mematikan
Ilustrasi - gagak(freepik)

BURUNG-burung kota seperti bebek dan gagak yang tinggal dekat dengan manusia dianggap sebagai cadangan bakteri yang resistan terhadap antibiotik manusia, demikian temuan para ilmuwan. 

Resistensi antimikroba (AMR) sebagian besar disebabkan penggunaan obat-obatan seperti antibiotik secara berlebihan pada manusia dan ternak. Kondisi ini terjadi ketika mikroba penyebab penyakit seperti bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang seharusnya dapat membunuh mereka.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology ini menemukan burung liar yang hidup dekat dengan manusia, seperti burung gagak dan bebek, mengandung lebih banyak jenis bakteri. Sebanyak tiga kali lebih banyak gen AMR daripada burung yang hidup di lingkungan yang lebih terisolasi seperti pegunungan. 

Baca juga : Gakkum KLHK Gagalkan Penyelundupan Ribuan Burung Dilindungi

Diperkirakan hal ini terjadi karena hewan yang hidup di daerah perkotaan terpapar sungai yang terkontaminasi, sehingga dapat menjadi sumber bakteri yang resistan terhadap antimikroba.

Para peneliti mengatakan hal ini menciptakan kebutuhan mendesak bagi para pembuat kebijakan dan layanan kesehatan untuk mempertimbangkan bagaimana bakteri yang resistan terhadap antibiotik AMR dapat menyebar di luar lingkungan rumah sakit.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis 700 sampel bakteri yang diambil dari usus 30 spesies burung liar di delapan negara, termasuk Inggris. Mereka mengamati Campylobactor jejuni, bakteri penyebab diare umum yang ditemukan dalam mikrobioma usus burung, bakteri, virus, dan jamur yang hidup di dalam tubuh kita dan pada kulit kita.

Baca juga : Hendak Cari Burung, Warga Bangkalan Temukan Mayat Hangus Terbakar

Sinyal genetik yang berkaitan dengan AMR ditemukan pada semua spesies burung yang diteliti. Berdasarkan level grafik antibiotik resistant, angka-angka level tersebut menunjukkan peningkatan tajam dalam jumlah resep antibiotik setelah bertahun-tahun mengalami penurunan. 

Menurut UKHSA, 58.224 orang di Inggris mengalami infeksi yang resistan terhadap antibiotik pada 2022, naik 4% dibandingkan tahun 2021. Sebanyak 2.202 orang meninggal. 

"Resistensi antimikroba merupakan masalah kompleks yang tidak hanya memengaruhi kesehatan manusia tetapi juga hewan dan lingkungan," kata Profesor Samuel Sheppard, salah satu penulis penelitian dari Ineos Oxford Institute.

Baca juga : Restoran Akibat Bebek Muda Manjakan Penggemar Java Jazz Festival 2024

Burung liar berpotensi menularkan AMR jarak jauh ke hewan ternak yang dipelihara untuk konsumsi daging dan hewan peliharaan seperti hewan peliharaan. Hal ini dapat memiliki implikasi ekonomi bagi pertanian, kesejahteraan hewan, dan ketahanan pangan," imbuhnya.

Sementara itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk memahami bagaimana aktivitas manusia memengaruhi penyebaran penyakit zoonosis dan AMR. Burung dapat menempuh jarak yang jauh, dan banyak spesies yang diidentifikasi dalam penelitian ini, seperti burung gagak dan burung sariawan, banyak ditemukan di lingkungan perkotaan, dengan kontak dekat dengan manusia.

Hewan yang hidup di daerah perkotaan yang terpapar dari berbagai sumber bakteri yang resistan terhadap antimikroba, seperti sungai yang terkontaminasi air limbah, sehingga dapat berperan dalam penyebarannya ke manusia.

Baca juga : Aurelie Moeremans Kembalikan Burung Peliharaan ke Penangkaran

Seiring terus bertambahnya populasi manusia, urbanisasi mengganggu lingkungan yang ada serta hewan yang tinggal di sana, berpotensi menyebabkan meningkatnya kontak antara manusia dan hewan liar.

Para ahli menyarankan data yang disediakan penelitian mereka akan sangat berharga bagi penelitian masa depan untuk memahami dampak penuh dari ekspansi manusia terhadap penyebaran penyakit zoonosis dan AMR. 

"Studi kami menyoroti perlunya tindakan global terkoordinasi yang mempertimbangkan konservasi satwa liar, kesehatan masyarakat, dan pertanian, untuk membatasi dampak AMR yang luas," ujar Profesor Sheppard.

Apa Itu Resistensi Antibiotik?

Antibiotik telah diberikan secara percuma oleh dokter umum dan staf rumah sakit selama puluhan tahun. Hal ini memicu bakteri yang tadinya tidak berbahaya menjadi bakteri super.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperingatkan jika tidak ada tindakan yang diambil maka dunia akan menuju era 'pasca-antibiotik'. Dengan demikian, bakteri dapat menjadi kebal terhadap obat jika orang mengonsumsi antibiotik dengan dosis yang tidak tepat atau jika antibiotik diberikan secara tidak perlu. (Dailymail/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya