UIN Jakarta Sambut Baik Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi

Syarief Oebaidillah
11/7/2024 20:31
UIN Jakarta Sambut Baik Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi
(DOK UIN Jakarta)

REKTOR UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Asep Saepudin Jahar menyambut baik terjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi. Dia meyakini bahwa budaya, tradisi, kebiasaan, dan khazanah Betawi banyak yang perlu dihidupkan.

“Pakaian, pencak silatnya, tradisi pernikahannya, atau makanannya perlu diungkap. Bahkan tata cara penyelesaian sengketa ala Betawi pun perlu digali,” kata Asep saat memberikan sambutan pada Pembahasan Penerjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi di Jakarta, kemarin.

Melalui siaran pers yang diterima hari ini, Asep mengusulkan agar diselenggarakan kontes budaya dan khazanah Betawi pada skala pertemuan internasional. “Kita perlu menghidupkan kembali budaya Betawi ini agar tidak hilang tergerus zaman,” ujarnya.

Baca juga : BWA Distribusikan 20.000 Al-Qur’an ke Pelosok Jawa Tengah dan DIY

Lebih lanjut, Asep mengatakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berperan penting dalam mendorong terbitnya Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi. “Kampus memberikan dukungan melalui kontribusi dan kolaborasi para ahli di Pusat Studi Betawi UIN Jakarta,” ungkapnya.

Sebagai lembaga, UIN Jakarta dan Puslitbang LKKMO memiliki tanggung jawab untuk melestarikan bahasa dan budaya Betawi dalam konteks Al-Qur’an. Oleh karena itu, pihaknya sangat senang bisa berkontribusi aktif dalam menghadirkan Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi.

“Terjemahan Al-Qur’an Bahasa Betawi memiliki irisan-irisan bahasa serta budaya yang perlu dipahami anak muda. Bahkan generasi tua dapat memahami secara orisinal kandungan dan makna Al-Qur’an dalam konteks bahasa Betawi sebagai bahasa ibu,” pungkasnya.

Baca juga : Al-Qur'an: Tempat Surat Turun dan Jumlah Ayat, Kalimat, Huruf

Dalam kesempatan sama, Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno, mengutarakan program penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa daerah akan terus dilaksanakan sebagai bagian dari upaya Penguatan Moderasi Beragama (MB).

"Salah satu indikator penting dalam MB adalah apresiasi terhadap budaya dan kearifan lokal. Orang-orang sering mengatakannya from local to global, dari bahasa daerah kita bawa ke dunia," ungkap Suyitno.

Pada Pembahasan Penerjemahan Al-Qur'an Bahasa Betawi tersebut, Suyitno menyebut penerjemahan yang telah menyelesaikan 15 juz Al-Qur'an dalam Bahasa Betawi dalam waktu empat bulan ini, merupakan langkah penting pemerintah dalam melestarikan budaya lokal melalui pendekatan keagamaan.

Baca juga : Al-Azhar Serukan Boikot Produk Belanda dan Belgia Buntut Penistaan Al Quran

Suyitno menekankan bahwa Bahasa Betawi adalah bahasa yang familiar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang tepat dan sesuai sangat penting untuk memastikan tidak terjadi kesalahan saat diterbitkan.

"Selain melibatkan ahli bahasa lokal, penerjemahan Al-Qur'an juga perlu memperhatikan sisi penafsiran. Tidak sekadar menerjemahkan, tetapi harus melibatkan ahli tafsir," ujarnya.

Program penerjemahan ini tidak hanya bertujuan untuk memperkaya khazanah budaya lokal, tetapi juga untuk mengukuhkan nilai-nilai moderasi beragama di tengah masyarakat yang majemuk. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta harmoni sosial yang lebih kuat dan saling menghormati di antara berbagai komunitas yang ada di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Moh. Isom mengatakan penerjemahan itu berawal dari kesadaran tentang pentingnya mendekatkan masyarakat dengan Al-Qur’an.

Isom berharap dengan adanya terjemahan A-Qur’an bahasa daerah dapat mendorong masyarakat untuk memahami kitab sucinya. “Selain itu, termotivasi untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya. (Bay/S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya