Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Waisak Peringatan Penting untuk Bimbing Manusia ke Jalan Benar dan Penuh Kesadaran

Despian Nurhidayat
23/5/2024 21:11
Waisak Peringatan Penting untuk Bimbing Manusia ke Jalan Benar dan Penuh Kesadaran
Sejumlah Biksu melakukan prosesi tiga langkah bersujud di Candi Sojiwan, Klaten, Jawa Tengah(ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

KETUA Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mengatakan bahwa Waisak adalah peringatan yang dijadikan penting oleh seluruh Umat Buddha di dunia. Tiga fenomena suci, yakni kelahiran, pencapaian kesadaran Buddha, dan moksa sang Buddha Sakyamuni kini disebut sebagai Tri Suci Waisak.

“Waisak diperingati dengan cara yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri memiliki tradisi yang selalu dilaksanakan pada hari Waisak. Prosesi pengambilan api abadi, air suci, serta berbagai prosesi lainnya menjadi ciri khas peringatan Waisak di Tanah Air. Tidak hanya berbagai prosesi, kegiatan bakti sosial seperti pengobatan gratis dan pembersihan taman makam pahlawan merupakan kegiatan yang sudah puluhan tahun dilaksanakan secara konsisten dalam peringatan Waisak,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Kamis (23/5).

Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai wujud bakti dan balas budi kepada negara serta upaya memberikan manfaat bagi sesama.

Baca juga : 8.000 Umat Buddha Rayakan Waisak di Borobudur

Sejak beberapa tahun terakhir acara pelepasan lampion juga menjadi kegiatan yang dapat dinikmati tidak hanya oleh Umat Buddha, tetapi juga seluruh masyarakat yang turut hadir pada hari peringatan Waisak.

“Bukan tanpa alasan berbagai upacara dan acara itu dirangkum menjadi satu kata, yakni peringatan. Setidaknya setiap satu kali dalam setahun kita bersama-sama mengingat kembali apa maksud dan tujuan kelahiran sang Buddha di dunia, mengingat kembali apa tugas kelahiran kita di dunia, dan mengingat kembali apa tujuan akhir kita di dunia,” ujar Suhadi.

Bila hari Waisak tidak diperingati dengan berbagai upacara dan acara, maka ia hanya akan berlalu seperti hari lainnya. Tidak ada kebajikan yang dapat terjadi secara khusus hanya di hari Waisak. Matahari tetap terbit dari Timur dan tenggelam di Barat. Inilah juga salah satu yang perlu diingat pada hari Waisak, bahwasanya sang Buddha membimbing kita ke dalam jalan yang benar dan penuh kesadaran.

Baca juga : Sambut Waisak, Walubi Gelar Pengobatan Gratis

“Dharma sang Buddha ujungnya menjadikan kita sebagai manusia dengan jiwa yang kuat, suci, bebas, dan tenang. Ajaran sang Buddha menjadikan kita tidak tergantung oleh apapun dan siapapun, termasuk kepada sang Buddha. Peringatan Waisak bukan hanya ditujukan untuk mengingat sang Buddha Sakyamuni, tetapi sesungguhnya untuk membuat masing-masing dari kita ingat kembali kemurnian Dharma dan kembali menyempurnakan tekad untuk menjalankannya dalam setiap kejap kehidupan,” tuturnya.

Suhadi menekankan bahwa Waisak adalah peringatan untuk diri kita kembali mawas diri, bukan sebuah perayaan untuk kita menampakkan diri.

Pada awalnya Siddharta muda meninggalkan istana karena melihat kelahiran sebagai awal penderitaan, menua adalah proses penderitaan, sakit adalah penderitaan, kematian pun adalah penderitaan, tetapi pada akhirnya setelah mencapai penerangan sempurna, sang Buddha menyadari bahwasanya kelahiran adalah kebahagiaan, menua adalah proses yang membahagiakan, dan kematian adalah penutup kehidupan yang berbahagia dan awal bagi kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya.

Baca juga : Penerbangan Lampion Akhiri Prosesi Waisak di Borobudur

Dengan berlandas pada Dharma, penderitaan dapat menjadi sebab kesadaran. Proses pemaknaan lahir, tua, sakit, dan mati ini menjadi refleksi diri bagi kita semua untuk terus berupaya berjalan di jalan Dharma yang sesungguhnya. Bukan hanya setahun sekali dalam peringatan Waisak, tetapi setiap hari di kehidupan kita dilandasi dengan kesadaran dan Dharma Buddha.

Peringatan setahun sekali ini mesti menjadi momentum bagi Umat Buddha untuk semakin bersatu hati. Membangun kerukunan diantara sesama Umat Buddha pada awalnya, dan membawa suasana perdamaian kepada seluruh Umat beragama di Indonesia pada akhirnya.

Seperti teratai yang tumbuh dan mekar di kolam lumpur, Umat Buddha harus menjadi teladan di masyarakat yang mampu mencerminkan keagungan Dharma Buddha.

Baca juga : Rayakan Waisak, Walubi Kirab dari Candi Mendhut ke Candi Borobudur

Cita-cita besar bangsa Indonesia adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, hal ini sejalan dengan keinginan sang Buddha agar seluruh makhluk dapat mencapai kesadaran Buddha serta hidup berbahagia. Umat Buddha Indonesia semestinya menjadi Bodhisattva yang muncul dari Bumi untuk turut serta mewujudkan cita-cita besar itu.

Memberikan kebahagiaan yang sebesar dan sebanyaknya bagi sekitar dan mencabut duka dari lingkungan. Seperti gelombang di kolam yang terpercik dari lemparan sebuah batu, setiap individu Umat memiliki kemampuan serta kesempatan yang sama untuk memberikan dampak bagi sesama.

“Semoga peringatan Waisak 2568 BE dengan tema Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, dan Bahagia dapat membawa kebaikan yang seluas-luasnya,” pungkas Suhadi. (Des/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya