Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KETUA Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mengatakan bahwa Waisak adalah peringatan yang dijadikan penting oleh seluruh Umat Buddha di dunia. Tiga fenomena suci, yakni kelahiran, pencapaian kesadaran Buddha, dan moksa sang Buddha Sakyamuni kini disebut sebagai Tri Suci Waisak.
“Waisak diperingati dengan cara yang berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri memiliki tradisi yang selalu dilaksanakan pada hari Waisak. Prosesi pengambilan api abadi, air suci, serta berbagai prosesi lainnya menjadi ciri khas peringatan Waisak di Tanah Air. Tidak hanya berbagai prosesi, kegiatan bakti sosial seperti pengobatan gratis dan pembersihan taman makam pahlawan merupakan kegiatan yang sudah puluhan tahun dilaksanakan secara konsisten dalam peringatan Waisak,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Kamis (23/5).
Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai wujud bakti dan balas budi kepada negara serta upaya memberikan manfaat bagi sesama.
Baca juga : 8.000 Umat Buddha Rayakan Waisak di Borobudur
Sejak beberapa tahun terakhir acara pelepasan lampion juga menjadi kegiatan yang dapat dinikmati tidak hanya oleh Umat Buddha, tetapi juga seluruh masyarakat yang turut hadir pada hari peringatan Waisak.
“Bukan tanpa alasan berbagai upacara dan acara itu dirangkum menjadi satu kata, yakni peringatan. Setidaknya setiap satu kali dalam setahun kita bersama-sama mengingat kembali apa maksud dan tujuan kelahiran sang Buddha di dunia, mengingat kembali apa tugas kelahiran kita di dunia, dan mengingat kembali apa tujuan akhir kita di dunia,” ujar Suhadi.
Bila hari Waisak tidak diperingati dengan berbagai upacara dan acara, maka ia hanya akan berlalu seperti hari lainnya. Tidak ada kebajikan yang dapat terjadi secara khusus hanya di hari Waisak. Matahari tetap terbit dari Timur dan tenggelam di Barat. Inilah juga salah satu yang perlu diingat pada hari Waisak, bahwasanya sang Buddha membimbing kita ke dalam jalan yang benar dan penuh kesadaran.
Baca juga : Sambut Waisak, Walubi Gelar Pengobatan Gratis
“Dharma sang Buddha ujungnya menjadikan kita sebagai manusia dengan jiwa yang kuat, suci, bebas, dan tenang. Ajaran sang Buddha menjadikan kita tidak tergantung oleh apapun dan siapapun, termasuk kepada sang Buddha. Peringatan Waisak bukan hanya ditujukan untuk mengingat sang Buddha Sakyamuni, tetapi sesungguhnya untuk membuat masing-masing dari kita ingat kembali kemurnian Dharma dan kembali menyempurnakan tekad untuk menjalankannya dalam setiap kejap kehidupan,” tuturnya.
Suhadi menekankan bahwa Waisak adalah peringatan untuk diri kita kembali mawas diri, bukan sebuah perayaan untuk kita menampakkan diri.
Pada awalnya Siddharta muda meninggalkan istana karena melihat kelahiran sebagai awal penderitaan, menua adalah proses penderitaan, sakit adalah penderitaan, kematian pun adalah penderitaan, tetapi pada akhirnya setelah mencapai penerangan sempurna, sang Buddha menyadari bahwasanya kelahiran adalah kebahagiaan, menua adalah proses yang membahagiakan, dan kematian adalah penutup kehidupan yang berbahagia dan awal bagi kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya.
Baca juga : Penerbangan Lampion Akhiri Prosesi Waisak di Borobudur
Dengan berlandas pada Dharma, penderitaan dapat menjadi sebab kesadaran. Proses pemaknaan lahir, tua, sakit, dan mati ini menjadi refleksi diri bagi kita semua untuk terus berupaya berjalan di jalan Dharma yang sesungguhnya. Bukan hanya setahun sekali dalam peringatan Waisak, tetapi setiap hari di kehidupan kita dilandasi dengan kesadaran dan Dharma Buddha.
Peringatan setahun sekali ini mesti menjadi momentum bagi Umat Buddha untuk semakin bersatu hati. Membangun kerukunan diantara sesama Umat Buddha pada awalnya, dan membawa suasana perdamaian kepada seluruh Umat beragama di Indonesia pada akhirnya.
Seperti teratai yang tumbuh dan mekar di kolam lumpur, Umat Buddha harus menjadi teladan di masyarakat yang mampu mencerminkan keagungan Dharma Buddha.
Baca juga : Rayakan Waisak, Walubi Kirab dari Candi Mendhut ke Candi Borobudur
Cita-cita besar bangsa Indonesia adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, hal ini sejalan dengan keinginan sang Buddha agar seluruh makhluk dapat mencapai kesadaran Buddha serta hidup berbahagia. Umat Buddha Indonesia semestinya menjadi Bodhisattva yang muncul dari Bumi untuk turut serta mewujudkan cita-cita besar itu.
Memberikan kebahagiaan yang sebesar dan sebanyaknya bagi sekitar dan mencabut duka dari lingkungan. Seperti gelombang di kolam yang terpercik dari lemparan sebuah batu, setiap individu Umat memiliki kemampuan serta kesempatan yang sama untuk memberikan dampak bagi sesama.
“Semoga peringatan Waisak 2568 BE dengan tema Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, dan Bahagia dapat membawa kebaikan yang seluas-luasnya,” pungkas Suhadi. (Des/Z-7)
Kehadiran ribuan lampion ini menghadirkan nuansa khas negeri tirai bambu yang menarik perhatian warga dan wisatawan.
Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran, dan Jalan Gajahmada, begitu juga dengan kawasan pecinan Kota Semarang dihiasi lampion untuk menyambut Imlek.
Festival lampion ini merupakan penanda penutupan perayaan Tri Suci Waisak Nasional 2024
SEDIKITNYA 8.000 orang penganut agama Buddha dari majelis yang tergabung dalam Organisasi Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) merayakan Waisak 2568 BE/2024 di Candi Borobudur,
DUA lampion raksasa siap meriahkan perayaan Imlek 2575 tahun 2024 di Kelenteng atau Vihara Tri Dharma Hiang Thian Siang Tie, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar).
Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tepat pukul 23.55.29 WIB. Detik-detik Waisak digelar di altar pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang.
PRESIDEN RI Prabowo Subianto menyampaikan harapan dan pesannya pada perayaan Hari Raya Waisak 2569 BE, Senin (12/5). Ia mengucapkan selamat Hari Raya Waisak pada seluruh umat Buddha
Peringatan Hari Raya Waisak di Beijing mengambil tema "Mengelola emosi melalui jalan Dhamma".
API Dharma Waisak 2569 B.E Tahun 2025 telah disemayamkan di Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu, (10/5). Api abadi yang melambangkan kesucian dan semangat Waisak
Api dari Mrapen bukan sekadar elemen fisik, tetapi simbol mendalam tentang kebangkitan jiwa manusia dalam perayaan Waisak.
Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama (Kemenag) Supriyadi mengajak Umat Buddha dalam Perayaan Waisak 2569 Budhist Era (BE)/2025 untuk lebih menyatu dengan alam
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved